Menjadi Berkat Di Tengah Kesesakan

Disadur dari , edisi 27 November 2016 

Baca:  Mazmur 142:1-8

"Perhatikanlah teriakku, lantaran saya telah menjadi sangat lemah. Lepaskanlah saya dari pada orang-orang yang mengejar aku, lantaran mereka terlalu berpengaruh bagiku."  Mazmur 142:7

Adalah gampang untuk menyampaikan hal-hal yang positif:  membangun, menguatkan, menghibur orang lain ketika orang sedang dalam keadaan baik dan tanpa masalah;  namun kalau diri sendiri sedang mengalami situasi sulit atau dalam kondisi yang buruk, mampukah mempertahankan konsistensi untuk berkata positif?  Jangankan menguatkan orang lain, menghibur diri sendiri saja mungkin sulit.  Yang terjadi yaitu kita mengasihani diri sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain.

     Mari mencar ilmu dari pengalaman hidup Daud!  Ketika itu Daud sedang dalam tekanan yang jago lantaran dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhnya.  Daud pun melarikan diri dan bersembunyi di gua Adulam dengan maksud menenangkan diri dan berlindung.  Daud mengungkapkan jerit hatinya kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya,  "Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya."  (ayat 3).  Apa yang selanjutnya dialami Daud di gua itu?  "Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati,"  (1 Samuel 22:2).  Datanglah kepadanya orang-orang yang sedang bermasalah, yang jumlahnya kira-kira empat ratus orang.  Tak bisa dibayangkan bagaimana reaksi Daud dikala itu, ia yang bekerjsama membutuhkan kekuatan, penghiburan dan dorongan semangat, justru menerima kiriman Tuhan orang-orang yang bernasib sama ke daerah persembunyiannya, untuk dihibur dan dikuatkan olehnya.  Ada rencana Tuhan di balik problem yang dialami Daud!  Tuhan menempatkan Daud sebagai penolong bagi orang lain:  menghibur, menguatkan, membangkitkan semangat menyerupai tertulis:  "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  (Amsal 27:17).

     Melalui kehadiran orang-orang yang bermasalah, Daud diperlukan bisa menjalankan kiprahnya sebagai seorang konselor, bahkan menjadi pemimpin atas mereka.  Berbicara perihal kepemimpinan berarti pula berbicara perihal keteladanan.  Meski Bibel tidak mencatat secara detil bencana di gua Adulam itu, kita percaya bahwa Daud menunjukkan kualitas hidup yang berbeda.

Tuhan punya cara yang absurd untuk menolong dan membangkitkan semangat Daud!