Kepenuhan Hidup Dalam Kristus (2)
Disadur dari , edisi 7 Agustus 2016
Baca: Kolose 2:6-15
"...hendaklah kau bertambah teguh dalam keyakinan yang telah diajarkan kepadamu," Kolose 2:7
Banyak orang Kristen menjalani kehidupan rohaninya secara tidak konsisten. Ketika semua berjalan lancar dan baik-baik saja mereka tampak setia berdoa dan beribadah. Namun begitu diperhadapkan pada problem atau kesulitan mereka pun pribadi berubah tidak lagi setia kepada Tuhan, malas beribadah dan malas melayani Tuhan tak ubahnya termometer yang selalu dipengaruhi suhu ruangan di mana ia berada. Berada di daerah cuek ia akan menunjukkan suhu dingin, di area panas ia pun akan menjadi panas.
2. Bertumbuh dalam iman. Proses pertumbuhan keyakinan sama menyerupai akar pohon: bertumbuh ke bawah, berfungsi menyerap sari makanan, alasannya tanpa asupan kuliner yang disalurkan oleh akar maka pohon tidak akan bertumbuh secara tepat dan tidak akan berbuah. Ini berbicara wacana kesukaan merenungkan firman Tuhan sebagai kuliner rohani, sebab "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari lisan Allah." (Matius 4:4). Akar bertumbuh ke bawah juga sebagai upaya membangun fondasi atau dasar. Kalau dasarnya kuat, sekencang apa pun angin atau angin kencang menerpa, pohon tidak akan gampang roboh. Bertumbuh ke bawah memang tidak terlihat, tetapi ketika bertumbuh ke atas secara kokoh semua akan terlihat dengan jelas, ketika itulah seseorang mempunyai kesaksian hidup yang sanggup dilihat dan dirasakan orang lain. namun ada harga yang harus dibayar: menyediakan waktu secara pribadi dengan Tuhan dalam doa, penyembahan dan perenungan firman.
3. Selalu bersyukur. "...dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kolose 2:7). Satu perkara yang gotong royong gampang dilakukan tetapi seringkali kita abaikan dan lupakan. Padahal kita takkan pernah bisa menghitung "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18). Mengapa kita sulit bersyukur? Karena kita tidak pernah merasa cukup dengan apa yang kita miliki, kita menganggap semua yang terjadi di dalam hidup ini sebagai hal yang biasa dan tidak perlu disyukuri, dan kita selalu membanding-bandingkan diri dengan keberadaan orang lain.
Iman yang terus bertumbuh dan selalu bersyukur di segala keadaan ialah tanda kepenuhan hidup dalam Kristus.
Baca: Kolose 2:6-15
"...hendaklah kau bertambah teguh dalam keyakinan yang telah diajarkan kepadamu," Kolose 2:7
Banyak orang Kristen menjalani kehidupan rohaninya secara tidak konsisten. Ketika semua berjalan lancar dan baik-baik saja mereka tampak setia berdoa dan beribadah. Namun begitu diperhadapkan pada problem atau kesulitan mereka pun pribadi berubah tidak lagi setia kepada Tuhan, malas beribadah dan malas melayani Tuhan tak ubahnya termometer yang selalu dipengaruhi suhu ruangan di mana ia berada. Berada di daerah cuek ia akan menunjukkan suhu dingin, di area panas ia pun akan menjadi panas.
2. Bertumbuh dalam iman. Proses pertumbuhan keyakinan sama menyerupai akar pohon: bertumbuh ke bawah, berfungsi menyerap sari makanan, alasannya tanpa asupan kuliner yang disalurkan oleh akar maka pohon tidak akan bertumbuh secara tepat dan tidak akan berbuah. Ini berbicara wacana kesukaan merenungkan firman Tuhan sebagai kuliner rohani, sebab "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari lisan Allah." (Matius 4:4). Akar bertumbuh ke bawah juga sebagai upaya membangun fondasi atau dasar. Kalau dasarnya kuat, sekencang apa pun angin atau angin kencang menerpa, pohon tidak akan gampang roboh. Bertumbuh ke bawah memang tidak terlihat, tetapi ketika bertumbuh ke atas secara kokoh semua akan terlihat dengan jelas, ketika itulah seseorang mempunyai kesaksian hidup yang sanggup dilihat dan dirasakan orang lain. namun ada harga yang harus dibayar: menyediakan waktu secara pribadi dengan Tuhan dalam doa, penyembahan dan perenungan firman.
3. Selalu bersyukur. "...dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kolose 2:7). Satu perkara yang gotong royong gampang dilakukan tetapi seringkali kita abaikan dan lupakan. Padahal kita takkan pernah bisa menghitung "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18). Mengapa kita sulit bersyukur? Karena kita tidak pernah merasa cukup dengan apa yang kita miliki, kita menganggap semua yang terjadi di dalam hidup ini sebagai hal yang biasa dan tidak perlu disyukuri, dan kita selalu membanding-bandingkan diri dengan keberadaan orang lain.
Iman yang terus bertumbuh dan selalu bersyukur di segala keadaan ialah tanda kepenuhan hidup dalam Kristus.