Perkataan Yang Sempurna Pada Waktunya
Disadur dari , edisi 1 Agustus 2016
Baca: Amsal 17:1-28
"Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin." Amsal 17:27
Ada peribahasa 'dalamnya maritim sanggup diduga, tetapi dalamnya hati siapa yang tahu.' Ini menyiratkan bahwa isi hati seseorang tidak sanggup ditebak. Bisa saja orang tampak ramah dan sopan, tetapi begitu kepentingan pribadinya terusik secepat kilat ia berkembang menjadi garang, kemudian keluarlah perkataan pedas dan menyakitkan sehingga menjadikan kesalahpahaman dan memicu terjadinya konflik. Injil memperingatkan: "Di dalam banyak bicara niscaya ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, pandai budi." (Amsal 10:19). Perkataan yang tidak dikendalikan secara bijaksana sanggup menciptakan syak dalam hati, menyinggung perasaan dan balasannya merusak korelasi yang sudah terjalin sebelumnya. "Janganlah kau menjadikan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah." (1 Korintus 10:32).
Firman Tuhan menasihati semoga kita selalu berhati-hati dalam berkata-kata, dan seyogianya kata-kata kita diucapkan di kawasan yang sempurna dan pada waktu yang sempurna pula. "Perkataan yang diucapkan sempurna pada waktunya ialah ibarat buah apel emas di pinggan perak." (Amsal 25:11). Yang menjadi permasalahan: kita seringkali tidak sanggup menahan diri berkata-kata atau berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu, padahal kata-kata yang sudah terlanjur diucapkan mustahil ditarik kembali dan pada saatnya kita harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman." (Matius 12:36). Oleh lantaran itu jikalau tidak perlu bicara ialah lebih bijak kita diam, daripada banyak bicara namun perkataan tersebut bukannya membangun tetapi menghancurkan kehidupan orang lain.
Kita harus selalu ingat bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisan kita akan diperhatikan dan dipegang oleh orang lain. Berhati-hatilah! Jangan hingga kita salah bicara, lantaran hal itu sanggup menjadikan kekecewaan dan akar pahit dalam diri orang lain!
"...supaya dengan perkataan saya sanggup memberi semangat gres kepada orang yang letih lesu." Yesaya 50:4a
Baca: Amsal 17:1-28
"Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin." Amsal 17:27
Ada peribahasa 'dalamnya maritim sanggup diduga, tetapi dalamnya hati siapa yang tahu.' Ini menyiratkan bahwa isi hati seseorang tidak sanggup ditebak. Bisa saja orang tampak ramah dan sopan, tetapi begitu kepentingan pribadinya terusik secepat kilat ia berkembang menjadi garang, kemudian keluarlah perkataan pedas dan menyakitkan sehingga menjadikan kesalahpahaman dan memicu terjadinya konflik. Injil memperingatkan: "Di dalam banyak bicara niscaya ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, pandai budi." (Amsal 10:19). Perkataan yang tidak dikendalikan secara bijaksana sanggup menciptakan syak dalam hati, menyinggung perasaan dan balasannya merusak korelasi yang sudah terjalin sebelumnya. "Janganlah kau menjadikan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah." (1 Korintus 10:32).
Firman Tuhan menasihati semoga kita selalu berhati-hati dalam berkata-kata, dan seyogianya kata-kata kita diucapkan di kawasan yang sempurna dan pada waktu yang sempurna pula. "Perkataan yang diucapkan sempurna pada waktunya ialah ibarat buah apel emas di pinggan perak." (Amsal 25:11). Yang menjadi permasalahan: kita seringkali tidak sanggup menahan diri berkata-kata atau berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu, padahal kata-kata yang sudah terlanjur diucapkan mustahil ditarik kembali dan pada saatnya kita harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman." (Matius 12:36). Oleh lantaran itu jikalau tidak perlu bicara ialah lebih bijak kita diam, daripada banyak bicara namun perkataan tersebut bukannya membangun tetapi menghancurkan kehidupan orang lain.
Kita harus selalu ingat bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisan kita akan diperhatikan dan dipegang oleh orang lain. Berhati-hatilah! Jangan hingga kita salah bicara, lantaran hal itu sanggup menjadikan kekecewaan dan akar pahit dalam diri orang lain!
"...supaya dengan perkataan saya sanggup memberi semangat gres kepada orang yang letih lesu." Yesaya 50:4a