Rela Dipenjara Sebab Injil
Disadur dari , edisi 1 Oktober 2016
Baca: Filipi 1:12-26
"Aku menghendaki, saudara-saudara, semoga kau tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menjadikan kemajuan Injil," Filipi 1:12
Ketika menulis surat untuk jemaat di Filipi ini, secara insan rasul Paulus sedang berada dalam keadaan yang tidak baik, lantaran ia sedang dipenjara. Namun kokohnya tembok penjara tidak bisa menghalanginya untuk tetap on fire dalam melayani Tuhan; kokohnya tembok penjara tak bisa menyurutkan semangatnya untuk menjangkau jiwa-jiwa; kokohnya tembok penjara tak bisa merampas sukacitanya, lantaran di dalam penjara sekalipun ia senantiasa bersukacita dan mampu menguatkan jemaat Tuhan melalui surat-surat yang ia tulis.
Semua orang tahu bahwa penjara yaitu daerah bagi para pesakitan, mereka yang telah melanggar aturan atau melaksanakan tindak kejahatan. Berbeda dengan rasul Paulus yang dijebloskan ke penjara bukan lantaran perkara kriminalitas, tapi lantaran keyakinannya terhadap Yesus Kristus serta pembelaannya terhadap Injil. Di balik pemenjaraan Paulus ini ada pengaruh rohani yang luar biasa: umat Tuhan bukan semakin lemah dalam melayani pekerjaan Tuhan, namun mereka semakin berani memberitakan Injil, "...bertambah berani berkata-kata wacana firman Allah dengan tidak takut." (ayat 14). Orang-orang bisa saja membelenggu para hamba Tuhan menyerupai penjahat, "...tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9).
Mengapa rasul Paulus rela dipenjara lantaran Injil? Sebab Kristus telah mati untuk menebus dosa-dosanya, dan penderitaan yang dialami oleh Paulus itu tidak sebanding dengan penderitaan dan pengorbanan Kristus dikala tergantung di kayu salib. Kesadaran inilah yang menjadikan rasul Paulus rela melaksanakan apa saja untuk Injil, dipenjara pun ia tidak takut, bahkan bisa membuatnya tetap bersukacita. Bagi rasul Paulus memberitakan Bibel itu bersifat wajib dan sangat mendesak, bahkan ia merasa sangat berhutang jikalau tidak menjalankan kiprah pemberitaan Injil (baca Roma 1:14-15).
Tugas pemberitaan Bibel sepatutnya dilaksanakan dengan penuh sukacita sebagai tanggung jawab terhadap Amanat Agung Tuhan Yesus kepada orang percaya!
Baca: Filipi 1:12-26
"Aku menghendaki, saudara-saudara, semoga kau tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menjadikan kemajuan Injil," Filipi 1:12
Ketika menulis surat untuk jemaat di Filipi ini, secara insan rasul Paulus sedang berada dalam keadaan yang tidak baik, lantaran ia sedang dipenjara. Namun kokohnya tembok penjara tidak bisa menghalanginya untuk tetap on fire dalam melayani Tuhan; kokohnya tembok penjara tak bisa menyurutkan semangatnya untuk menjangkau jiwa-jiwa; kokohnya tembok penjara tak bisa merampas sukacitanya, lantaran di dalam penjara sekalipun ia senantiasa bersukacita dan mampu menguatkan jemaat Tuhan melalui surat-surat yang ia tulis.
Semua orang tahu bahwa penjara yaitu daerah bagi para pesakitan, mereka yang telah melanggar aturan atau melaksanakan tindak kejahatan. Berbeda dengan rasul Paulus yang dijebloskan ke penjara bukan lantaran perkara kriminalitas, tapi lantaran keyakinannya terhadap Yesus Kristus serta pembelaannya terhadap Injil. Di balik pemenjaraan Paulus ini ada pengaruh rohani yang luar biasa: umat Tuhan bukan semakin lemah dalam melayani pekerjaan Tuhan, namun mereka semakin berani memberitakan Injil, "...bertambah berani berkata-kata wacana firman Allah dengan tidak takut." (ayat 14). Orang-orang bisa saja membelenggu para hamba Tuhan menyerupai penjahat, "...tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9).
Mengapa rasul Paulus rela dipenjara lantaran Injil? Sebab Kristus telah mati untuk menebus dosa-dosanya, dan penderitaan yang dialami oleh Paulus itu tidak sebanding dengan penderitaan dan pengorbanan Kristus dikala tergantung di kayu salib. Kesadaran inilah yang menjadikan rasul Paulus rela melaksanakan apa saja untuk Injil, dipenjara pun ia tidak takut, bahkan bisa membuatnya tetap bersukacita. Bagi rasul Paulus memberitakan Bibel itu bersifat wajib dan sangat mendesak, bahkan ia merasa sangat berhutang jikalau tidak menjalankan kiprah pemberitaan Injil (baca Roma 1:14-15).
Tugas pemberitaan Bibel sepatutnya dilaksanakan dengan penuh sukacita sebagai tanggung jawab terhadap Amanat Agung Tuhan Yesus kepada orang percaya!