Jangan Simpan Dendam Dan Sakit Hati
Disadur dari , edisi 7 November 2017
Baca: Ayub 5:1-16
"Sesungguhnya, orang kolot dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati." Ayub 5:2
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Psychological Science (Harian Kompas, 19 September 2014) menyatakan bahwa menyimpan rasa dendam dan sakit hati itu berdampak jelek bagi kesehatan mental dan fisik seseorang. Selain sanggup meningkatkan rasa cemas, stres dan frustasi, rasa dendam dan sakit hati yang dipendam selama bertahun-tahun sanggup mengakibatkan orang beresiko terkena serangan jantung, tekanan darah tinggi, nyeri lambung, sakit kepala dan bahkan kanker!
Mungkin Saudara sedang disakiti oleh orang lain dan hingga kini masih sulit untuk memaafkan... menyimpan dendam dan sakit hati sama sekali tidak mendatangkan faedah, justru akan berdampak buruk. Masih banyak orang Nasrani yang menjalani hidup kekristenannya dengan belenggu dendam dan sakit hati, meski secara kasat mata mereka tampak rajin beribadah dan bahkan sudah melayani Tuhan. Meski sudah tak terhitung banyaknya mereka mendengar khotbah perihal pentingnya mengampuni, tapi dalam prakteknya tetap saja sulit untuk melakukan. Bagi orang percaya, mengampuni yaitu perintah Tuhan yang harus ditaati dan tak sanggup ditawar-tawar lagi. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita harus sanggup mengampuni kesalahan orang lain. Ingatlah Tuhan Yesus telah terlebih dahulu mengampuni kesalahan-kesalahan kita, bahkan "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:12).
Tuhan sanggup menggunakan apa saja di dalam kehidupan kita sehari-hari untuk membentuk dan mendewasakan kita, termasuk menggunakan orang-orang sekitar untuk menyempurnakan kita sesuai kehendak-Nya. Ada tertulis: "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17). Seperti yang dialami oleh Yusuf, yang dilukai dan disakiti oleh saudara-saudaranya, ia tidak membiarkan rasa dendam dan sakit hati itu bersarang di hatinya. Yusuf tetap sanggup melihat kebaikan di balik penderitaan yang dialami: "Memang kau telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melaksanakan menyerupai yang terjadi kini ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kejadian 50:20).
Menyimpan dendam dan sakit hati yaitu perbuatan yang merugikan diri sendiri!
Baca: Ayub 5:1-16
"Sesungguhnya, orang kolot dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati." Ayub 5:2
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Psychological Science (Harian Kompas, 19 September 2014) menyatakan bahwa menyimpan rasa dendam dan sakit hati itu berdampak jelek bagi kesehatan mental dan fisik seseorang. Selain sanggup meningkatkan rasa cemas, stres dan frustasi, rasa dendam dan sakit hati yang dipendam selama bertahun-tahun sanggup mengakibatkan orang beresiko terkena serangan jantung, tekanan darah tinggi, nyeri lambung, sakit kepala dan bahkan kanker!
Mungkin Saudara sedang disakiti oleh orang lain dan hingga kini masih sulit untuk memaafkan... menyimpan dendam dan sakit hati sama sekali tidak mendatangkan faedah, justru akan berdampak buruk. Masih banyak orang Nasrani yang menjalani hidup kekristenannya dengan belenggu dendam dan sakit hati, meski secara kasat mata mereka tampak rajin beribadah dan bahkan sudah melayani Tuhan. Meski sudah tak terhitung banyaknya mereka mendengar khotbah perihal pentingnya mengampuni, tapi dalam prakteknya tetap saja sulit untuk melakukan. Bagi orang percaya, mengampuni yaitu perintah Tuhan yang harus ditaati dan tak sanggup ditawar-tawar lagi. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita harus sanggup mengampuni kesalahan orang lain. Ingatlah Tuhan Yesus telah terlebih dahulu mengampuni kesalahan-kesalahan kita, bahkan "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:12).
Tuhan sanggup menggunakan apa saja di dalam kehidupan kita sehari-hari untuk membentuk dan mendewasakan kita, termasuk menggunakan orang-orang sekitar untuk menyempurnakan kita sesuai kehendak-Nya. Ada tertulis: "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17). Seperti yang dialami oleh Yusuf, yang dilukai dan disakiti oleh saudara-saudaranya, ia tidak membiarkan rasa dendam dan sakit hati itu bersarang di hatinya. Yusuf tetap sanggup melihat kebaikan di balik penderitaan yang dialami: "Memang kau telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melaksanakan menyerupai yang terjadi kini ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kejadian 50:20).
Menyimpan dendam dan sakit hati yaitu perbuatan yang merugikan diri sendiri!