Hidup Kristen: Tak Ada Kompromi
Disadur dari , edisi 29 Maret 2019
Baca: 2 Tawarikh 20:27-37
"'Karena engkau bersekutu dengan Ahazia, maka TUHAN akan merobohkan pekerjaanmu.' Lalu kapal-kapal itu pecah, dan tak sanggup berlayar ke Tarsis." 2 Tawarikh 20:37b
Perjalanan hidup orang percaya tidaklah mudah, ada harga yang harus dibayar! Karena Tuhan tidak menghendaki kita mempunyai kehidupan yang serupa dengan dunia. "Janganlah kau menjadi serupa dengan dunia ini," (Roma 12:2), artinya hidup Nasrani yakni hidup yang tak mengenal kata 'kompromi' dengan dunia ini.
Yosafat, seorang yang takut akan Tuhan, tetapi lantaran tidak mawas diri menjadi kurang peka akan pimpinan Roh Tuhan, maka ia salah dalam melangkah: "Kemudian Yosafat, raja Yehuda, bersekutu dengan Ahazia, raja Israel, yang fasik perbuatannya. Ia bersekutu dengan Ahazia untuk menciptakan kapal-kapal yang sanggup berlayar ke Tarsis. Kapal-kapal itu dibentuk mereka di Ezion-Geber." (2 Tawarikh 20:35-36). Yosafat lupa siapa dirinya, kemudian ia bersekutu dengan orang fasik menciptakan kapal-kapal dengan tujuan biar sanggup pergi ke Ofir, dengan impian sanggup mengangkut emas untuk memuaskan keinginan dagingnya. Tetapi Tuhan tidak berkenan dengan perbuatan Yosafat ini, oleh alasannya itu Dia mengutus Eliezer untuk bernubuat kepada Yosafat, "...kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, alasannya kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber." (1 Raja-Raja 22:49). Peristiwa yang menimpa pekerjaan Yosafat ini kiranya sanggup menjadi pelajaran berharga bagi kita. Karena berkompromi dengan orang fasik perjuangan Yosafat menjadi gagal. Atas seijin Tuhan kapal-kapal yang mereka buat itu pecah di tengah perjalanan.
Tuhan menghendaki anak-anaknya mempunyai ketegasan untuk tidak 'bersahabat' atau 'berkompromi' dengan dunia ini, lantaran hal itu mengakibatkan kecemburuan di hati Tuhan. "Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah jelas sanggup bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14b). Pemazmur berkata, "Berbahagialah orang yang tidak berjalan berdasarkan hikmah orang fasik, yang tidak bangun di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam... apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3).
Tak ingin gagal? Miliki hidup yang berbeda dengan dunia, jangan berkompromi.
Baca: 2 Tawarikh 20:27-37
"'Karena engkau bersekutu dengan Ahazia, maka TUHAN akan merobohkan pekerjaanmu.' Lalu kapal-kapal itu pecah, dan tak sanggup berlayar ke Tarsis." 2 Tawarikh 20:37b
Perjalanan hidup orang percaya tidaklah mudah, ada harga yang harus dibayar! Karena Tuhan tidak menghendaki kita mempunyai kehidupan yang serupa dengan dunia. "Janganlah kau menjadi serupa dengan dunia ini," (Roma 12:2), artinya hidup Nasrani yakni hidup yang tak mengenal kata 'kompromi' dengan dunia ini.
Yosafat, seorang yang takut akan Tuhan, tetapi lantaran tidak mawas diri menjadi kurang peka akan pimpinan Roh Tuhan, maka ia salah dalam melangkah: "Kemudian Yosafat, raja Yehuda, bersekutu dengan Ahazia, raja Israel, yang fasik perbuatannya. Ia bersekutu dengan Ahazia untuk menciptakan kapal-kapal yang sanggup berlayar ke Tarsis. Kapal-kapal itu dibentuk mereka di Ezion-Geber." (2 Tawarikh 20:35-36). Yosafat lupa siapa dirinya, kemudian ia bersekutu dengan orang fasik menciptakan kapal-kapal dengan tujuan biar sanggup pergi ke Ofir, dengan impian sanggup mengangkut emas untuk memuaskan keinginan dagingnya. Tetapi Tuhan tidak berkenan dengan perbuatan Yosafat ini, oleh alasannya itu Dia mengutus Eliezer untuk bernubuat kepada Yosafat, "...kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, alasannya kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber." (1 Raja-Raja 22:49). Peristiwa yang menimpa pekerjaan Yosafat ini kiranya sanggup menjadi pelajaran berharga bagi kita. Karena berkompromi dengan orang fasik perjuangan Yosafat menjadi gagal. Atas seijin Tuhan kapal-kapal yang mereka buat itu pecah di tengah perjalanan.
Tuhan menghendaki anak-anaknya mempunyai ketegasan untuk tidak 'bersahabat' atau 'berkompromi' dengan dunia ini, lantaran hal itu mengakibatkan kecemburuan di hati Tuhan. "Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah jelas sanggup bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14b). Pemazmur berkata, "Berbahagialah orang yang tidak berjalan berdasarkan hikmah orang fasik, yang tidak bangun di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam... apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3).
Tak ingin gagal? Miliki hidup yang berbeda dengan dunia, jangan berkompromi.