Perpecahan: Penyakit Gereja
Disadur dari , edisi 8 Mei 2019
Baca: 1 Korintus 1:10-17
"...supaya kau seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya biar kau bersahabat bersatu dan sehati sepikir." 1 Korintus 1:10
Perpecahan itu hingga kapan pun tidak akan membawa laba atau dampak positif sedikit pun. Perpecahan hanya akan melemahkan dan menghancurkan. Coba bayangkan kalau di suatu negara terjadi perpecahan di antara warga atau penduduk, sanggup dipastikan negara tersebut tidak lagi berpengaruh menyerupai sediakala, makin kacau dan akan berujung kepada kehancuran. Kata perpecahan berarti terbagi, terbelah. Ada tertulis: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah niscaya binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak sanggup bertahan." (Matius 12:25).
Hal perpecahan atau perselisihan ini ternyata sudah terjadi semenjak zaman dahulu kala. Contohnya dalah perpecahan yang terjadi di antara jemaat di Korintus. Rasul Paulus benar-benar merasa prihatin saat melihat jemaat di Korintus terkotak-kotak, berkelompok sendiri-sendiri dan menciptakan kubu-kubu. "...kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau saya dari golongan Apolos. Atau saya dari golongan Kefas. Atau saya dari golongan Kristus. Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan alasannya ialah kamu? Atau adakah kau dibaptis dalam nama Paulus?" (1 Korintus 1:12-13). Karena itu dengan hati yang lembut dan penuh kasih ia mengingatkan kembali ihwal relasi jemaat Tuhan sebagai anggota keluarga. "Demikianlah kau bukan lagi orang abnormal dan pendatang, melainkan mitra sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai kerikil penjuru." (Efesus 2:19-20), dan "Karena sama menyerupai badan itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus." (1 Korintus 12:12).
Ternyata, perpecahan atau perselisihan itu tidak hanya terjadi di kehidupan dunia luar, tetapi di ruang lingkup gereja, pelayanan, atau di antara orang percaya juga marak terjadi. Tragis! Mungkinkah gereja sanggup menjalankan misinya untuk menjangkau jiwa-jiwa, bila di antara umat Tuhan atau gereja-Nya sendiri terjadi perpecahan?
Perpecahan merupakan penyakit gereja yang harus disembuhkan segera, kalau tidak, gereja takkan punya kekuatan untuk menjadi berkat bagi dunia!
Baca: 1 Korintus 1:10-17
"...supaya kau seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya biar kau bersahabat bersatu dan sehati sepikir." 1 Korintus 1:10
Perpecahan itu hingga kapan pun tidak akan membawa laba atau dampak positif sedikit pun. Perpecahan hanya akan melemahkan dan menghancurkan. Coba bayangkan kalau di suatu negara terjadi perpecahan di antara warga atau penduduk, sanggup dipastikan negara tersebut tidak lagi berpengaruh menyerupai sediakala, makin kacau dan akan berujung kepada kehancuran. Kata perpecahan berarti terbagi, terbelah. Ada tertulis: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah niscaya binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak sanggup bertahan." (Matius 12:25).
Hal perpecahan atau perselisihan ini ternyata sudah terjadi semenjak zaman dahulu kala. Contohnya dalah perpecahan yang terjadi di antara jemaat di Korintus. Rasul Paulus benar-benar merasa prihatin saat melihat jemaat di Korintus terkotak-kotak, berkelompok sendiri-sendiri dan menciptakan kubu-kubu. "...kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau saya dari golongan Apolos. Atau saya dari golongan Kefas. Atau saya dari golongan Kristus. Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan alasannya ialah kamu? Atau adakah kau dibaptis dalam nama Paulus?" (1 Korintus 1:12-13). Karena itu dengan hati yang lembut dan penuh kasih ia mengingatkan kembali ihwal relasi jemaat Tuhan sebagai anggota keluarga. "Demikianlah kau bukan lagi orang abnormal dan pendatang, melainkan mitra sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai kerikil penjuru." (Efesus 2:19-20), dan "Karena sama menyerupai badan itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus." (1 Korintus 12:12).
Ternyata, perpecahan atau perselisihan itu tidak hanya terjadi di kehidupan dunia luar, tetapi di ruang lingkup gereja, pelayanan, atau di antara orang percaya juga marak terjadi. Tragis! Mungkinkah gereja sanggup menjalankan misinya untuk menjangkau jiwa-jiwa, bila di antara umat Tuhan atau gereja-Nya sendiri terjadi perpecahan?
Perpecahan merupakan penyakit gereja yang harus disembuhkan segera, kalau tidak, gereja takkan punya kekuatan untuk menjadi berkat bagi dunia!