Orang Yang Lemah Lembut
Disadur dari , edisi 12 Mei 2019
Baca: Matius 5:1-12
"Berbahagialah orang yang lemah lembut, lantaran mereka akan mempunyai bumi." Matius 5:5
Seringkali kita mempunyai persepsi yang salah perihal arti kelemahlembutan. Kita beranggapan bahwa orang yang lemah lembut ialah orang yang perilaku atau tindak tanduknya lemah gemulai, suaranya halus dan terdengar irih jikalau berucap, tertawa pun tidak ngakak. Bukan itu maksudnya! Sikap-sikap semacam itu sanggup saja hanya seperti 'masker', yang apabila di dalamnya tersentuh, maka masker (topeng) tersebut akan runtuh dan terkelupas, dan terbukalah yang tersembunyi di dalamnya. Sikap yang tadinya 'lemah gemulai' sanggup saja pribadi bermetamorfosis garang, keluar 'tanduk'nya, suaranya jadi menyerupai guntur yang menggelegar dan mengagetkan semua orang yang mendengarnya. Jadi, kelemahlembutan itu bukan suatu kepura-puraan atau perilaku yang dibuat-buat.
Kelemahlembutan ialah sebuah perilaku yang lembut, tenang, tidak berpura-pura, dan sanggup mengendalikan keinginan. Karena itu kelemahlembutan dihentikan disalahartikan sebagai kelemahan atau tidak adanya kekuatan dalam diri seseorang. Justru kelemahlembutan ialah kekuatan yang sanggup dikendalikan. Orang Yunani memakai poros untuk menggambarkan perihal kelemahlembutan, yaitu menyerupai seekor hewan buas yang telah dijinakkan; atau menggambarkan perihal seekor kuda pacu yang telah dilatih untuk melaksanakan persis menyerupai apa yang diinstruksikan penunggangnya. Lemah lembut itu juga sanggup diartikan suatu kesanggupan seseorang untuk mendapatkan perasaan 'sakit' yang mungkin disebabkan oleh perbuatan orang lain, tanpa adanya impian untuk membalas, menumpahkan kemarahan, sakit hati, dendam, atau menyimpan kebencian di dalam hati. Inilah perilaku lemah lembut yang sebenarnya, sebagaimana yang Kristus katakan: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." (Markus 9:35b).
Tak praktis menemukan orang lemah lembut! Orang praktis marah, tak sanggup menahan ucapan, tak mau menyerah demi gengsi atau harga diri. Namun "...hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang." (Titus 3:2).
Orang percaya seharusnya menghasilkan buah Roh yang salah satunya ialah kelemahlembutan (Galatia 5:22-23)
Baca: Matius 5:1-12
"Berbahagialah orang yang lemah lembut, lantaran mereka akan mempunyai bumi." Matius 5:5
Seringkali kita mempunyai persepsi yang salah perihal arti kelemahlembutan. Kita beranggapan bahwa orang yang lemah lembut ialah orang yang perilaku atau tindak tanduknya lemah gemulai, suaranya halus dan terdengar irih jikalau berucap, tertawa pun tidak ngakak. Bukan itu maksudnya! Sikap-sikap semacam itu sanggup saja hanya seperti 'masker', yang apabila di dalamnya tersentuh, maka masker (topeng) tersebut akan runtuh dan terkelupas, dan terbukalah yang tersembunyi di dalamnya. Sikap yang tadinya 'lemah gemulai' sanggup saja pribadi bermetamorfosis garang, keluar 'tanduk'nya, suaranya jadi menyerupai guntur yang menggelegar dan mengagetkan semua orang yang mendengarnya. Jadi, kelemahlembutan itu bukan suatu kepura-puraan atau perilaku yang dibuat-buat.
Kelemahlembutan ialah sebuah perilaku yang lembut, tenang, tidak berpura-pura, dan sanggup mengendalikan keinginan. Karena itu kelemahlembutan dihentikan disalahartikan sebagai kelemahan atau tidak adanya kekuatan dalam diri seseorang. Justru kelemahlembutan ialah kekuatan yang sanggup dikendalikan. Orang Yunani memakai poros untuk menggambarkan perihal kelemahlembutan, yaitu menyerupai seekor hewan buas yang telah dijinakkan; atau menggambarkan perihal seekor kuda pacu yang telah dilatih untuk melaksanakan persis menyerupai apa yang diinstruksikan penunggangnya. Lemah lembut itu juga sanggup diartikan suatu kesanggupan seseorang untuk mendapatkan perasaan 'sakit' yang mungkin disebabkan oleh perbuatan orang lain, tanpa adanya impian untuk membalas, menumpahkan kemarahan, sakit hati, dendam, atau menyimpan kebencian di dalam hati. Inilah perilaku lemah lembut yang sebenarnya, sebagaimana yang Kristus katakan: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." (Markus 9:35b).
Tak praktis menemukan orang lemah lembut! Orang praktis marah, tak sanggup menahan ucapan, tak mau menyerah demi gengsi atau harga diri. Namun "...hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang." (Titus 3:2).
Orang percaya seharusnya menghasilkan buah Roh yang salah satunya ialah kelemahlembutan (Galatia 5:22-23)