Menghakimi: Membunuh Secara Rohani

Disadur dari , edisi 26 Mei 2019

Baca:  Lukas 19:1-10

"Di situ ada seorang berjulukan Zakheus, kepala pemungut cukai, dan beliau seorang yang kaya."  Lukas 19:2

Sejak zaman dahulu sampai kini pekerjaan seorang pemungut cukai atau pemungut pajak selalu mengakibatkan image negatif di mata banyak orang.  Ketika Kristus menumpang di rumah Zakheus  (kepala pemungut cukai),  "...semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: 'Ia menumpang di rumah orang berdosa.'"  (Lukas 19:7b).  Sekalipun Zakheus sudah bertobat dari pekerjaannya, tapi semua orang masih saja menilai dan mencapnya sebagai  'orang berdosa'.  Mereka selalu membesar-besarkan kesalahan atau dosa-dosa yang telah Zakheus perbuat selama ini dan menganggap diri mereka sendiri yang benar, tanpa ada cacat cela.

     Bukankah ada banyak orang yang masih bahagia menjadi  'pembunuh'  bagi sesamanya, lantaran melihat kesalahan seseorang di masa lalu?  Walaupun mengaku telah bertobat dan sudah melayani pekerjaan Tuhan, tapi masih suka memfitnah, menghakimi dan mendiskreditkan orang lain.  Itu sama halnya dengan membunuh seseorang secara rohani.  Tentunya orang-orang yang menghakimi Zakheuslah yang  'perlu diselamatkan', lantaran hatinya masih dipenuhi oleh kejahatan.  Justru Zakheus yang mereka sebut sebagai orang berdosa, namun lantaran sudah bertobat dengan sungguh, maka telah diselamatkan.  Zakheus yang dahulu jadi pemeras orang lain kini mampu berkata,  "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."  (Lukas 19:8).  Pertemuannya dengan Kristus menjadi titik balik bagi kehidupan Zakheus!  Ia meninggalkan cara hidupnya yang usang dan benar-benar diubahkan menjadi  'ciptaan baru'.  Berkatalah Kristus kepada Zakheus,  "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, lantaran orang inipun anak Abraham."  (Lukas 19:9).

     Janganlah gampang menghakimi orang lain atau melihat kesalahan orang lain, lantaran kita ini juga tak luput dari kesalahan.  "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"  (Matius 7:3).

Siapa diri kita sehingga kita memandang rendah orang lain, dan bahkan berani menyampaikan bahwa orang itu berdosa?