Jangan Menyerupai Burung Gagak

Disadur dari , edisi 10 April 2019

Baca:  Yakobus 1:19-27

"...menjaga semoga dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia."  Yakobus 1:27

Salah satu pengaruh faktual dari perkembangan zaman dan teknologi yaitu berkembangnya bidang perindustrian.  Terlihat dari semakin banyak pabrik yang dibangun.  Ketika banyak pabrik dibangun timbul pula duduk perkara gres yang berkenaan dengan limbah.  Limbah yaitu buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik  (rumah tangga).  Bila limbah industri maupun domestik dibuang dengan sembarangan niscaya mengakibatkan polusi:  air sungai atau air bahari akan menjadi kotor dan tercemar, sehingga makhluk hidup yang hidup di dalamnya sanggup mati keracunan.

     Tak jauh berbeda dengan kehidupan orang percaya!  Kita sanggup terkotori dan mengalami keracunan kalau terus berada di daerah yang kotor dan penuh polusi.  Inilah citra wacana hidup yang berkompromi dengan dunia ini atau mencemarkan diri dengan dunia.  Mungkin pada awalnya tidak menampakkan tanda-tanda apa-apa, tetapi kalau keadaan ini berkelanjutan dan tidak diperhatikan, kotoran-kotoran tersebut akan menembus ke dalam kehidupan mereka.  Pada zaman Nuh, dikala air bah surut, Nuh melepaskan dua jenis burung dari bahteranya yaitu burung gagak dan burung merpati.  Kedua burung ini mempunyai sifat yang berbeda.  Burung gagak suka sekali makan bangkai, sedangkan burung merpati suka makan makanan yang bersih.  Gagak yang dilepas itu tak kembali ke perahu walaupun air bah masih menutupi bumi.  Besar kemungkinan gagak itu hinggap di atas bangkai yang terapung di atas air.  Sedangkan burung merpati, yang yaitu simbol Roh Kudus, kembali lagi ke perahu alasannya yaitu tak memungkin bagi merpati hinggap di atas barang yang kotor:  sampah, bangkai dan sebagainya.

     Hidup di tengah dunia yang jahat dan kotor ini, setiap kita mempunyai kebebasan untuk memilih:  menjadi menyerupai gagak atau burung merpati.  Hidup dalam kecemaran atau menjaga hidup tetap bersih.  Tuhan tidak memaksa kita, Ia tidak ingin memperlakukan insan menyerupai robot untuk mengikuti kehendak-Nya, tapi Ia memberi kehendak bebas  (free will)  kepada kita.  Yang harus selalu diingat yaitu setiap ketidaktaatan niscaya membawa konsekuensi  (akibat), sedangkan ketaatan niscaya mendatangkan upah.

Mana yang Saudara pilih?  Hidup dalam kecemaran hanya akan membawa kepada kehancuran.