Kesaksian Hidup: Warisan Yang Tak Lekang

Disadur dari , edisi 28 April 2019

Baca:  2 Petrus 1:3-5

"Tetapi saya akan berusaha, biar juga setelah kepergianku itu kau selalu mengingat semuanya itu."  2 Petrus 1:15

Semua orangtua mana pun yang ada di dunia ini niscaya ingin sekali meninggalkan warisan harta benda kepada anak-anaknya jikalau suatu kelak beliau harus berpulang  (meninggal).  Itu baik!  Seperti ada tertulis:  "Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya,"  (Amsal 13:22).  Tetapi yakni lebih baik dan teramat penting jikalau setiap orang juga meninggalkan  'warisan rohani'  kepada orang-orang yang ditinggalkan.  Warisan rohani ini berbicara ihwal keteladanan hidup, warisan kehidupan yang bercahaya yang sanggup membawa efek bagi banyak orang, sekalipun beliau sudah tiada.

     Karena itulah rasul Paulus tidak mennyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang dimiliki untuk bergiat dalam mengerjakan panggilan Tuhan dan tak berhenti untuk terus memberitakan kebenaran kepada orang lain dan juga hidup di dalam kebenaran tersebut, hingga kepada orang lain dan juga hidup di dalam kebenaran tersebut, hingga kepada garis tamat hidupnya,  "Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kau akan semuanya itu selama saya belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab saya tahu, bahwa saya akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita."  (2 Petrus 1:13-14).  Melalui surat-surat yang beliau tulis kepada umat atau jemaat Tuhan rasul Petrus selalu mengingatkan:  "...saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, biar panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kau melakukannya, kau tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kau akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan..."  (2 Petrus 1:10).

     Sudahkah kita turut ambil potongan dalam perjuangan pelebaran kerajaan Sorga di muka bumi ini, dengan melayani jiwa-jiwa dan membawa orang lain untuk semakin mengenal Kristus dan kebenaran-Nya?  Hidup yakni sebuah kesempatan.  Marilah kita gunakan waktu-waktu yang ada untuk hidup bagi Tuhan lebih dan lebih lagi.  Biarlah ketaatan, ketekunan, dan semangat kita dalam mengerjakan perkara-perkara rohani sanggup menjadi wangsit bagi orang lain sehingga kehidupan kita menjadi berkat dan kesaksian, sehingga hingga kita meninggalkan dunia ini hal itu tetap dikenang.

"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar,"  Amsal 22:1