Mata Rohani Yang Tercelik
Disadur dari , edisi 15 Mei 2019
Baca: 2 Raja-Raja 6:8-23
"'Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, biar beliau melihat.'" Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga beliau melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (2 Raja-Raja 6:17a)
Suatu ketika "Raja negeri Aram sedang berperang melawan Israel." (2 Raja-Raja 6:8a). Raja Aram mengirim pasukan tentara dengan kuda dan keretanya yang teramat besar jumlahnya untuk mengepung kota Dotan, daerah di mana abdi Tuhan (Elisa) tinggal. Timbullah ketakutan yang luar biasa di dalam diri Gehazi (pelayan Elisa): "Ketika pelayan abdi Allah bangkit pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: 'Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?'" (2 Raja-Raja 6:15).
Secara jasmaniah mata Gehazi tidaklah buta, bisa melihat segala hal, namun mata rohaninya buta sehingga beliau tidak bisa melihat hal-hal yang adikodrati. Gehazi hanya sanggup melihat sebatas pandangan jasmaniah, tak bisa menembus pandangan adikodrati. Tidak sedikit orang Nasrani yang tak beda jauh dengan Gehazi, dikala sedang diperhadapkan dengan problem atau kesulitan mereka begitu panik, cemas dan takut, kemudian berteriak: "Celaka! Apa yang harus kuperbuat? Masalahku terlalu besar, tak mungkin sanggup terselesaikan!" Mata rohani yang buta selalu mencurigai kuasa Tuhan; mata rohani yang buta tak sanggup melihat pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang besar; mata rohani yang buta tak bisa berjalan di atas kemustahilan. Hanya mata rohani yang sudah tercelik yang sanggup melihat dan mengalami gejala dan mujizat-mujizat dari Tuhan.
Selagi mata kita hanya tertuju dan terpaku pada kenyataan dan situasi yang ada, kita akan gampang sekali lemah, putus asa, dihantui ketakutan. "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak menerima ketenangan dan ketenteraman; saya tidak menerima istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul." (Ayub 3:25-26). Bila mata rohani kita tercelik, kita tak lagi hidup dalam ketakutan dan kecemasan, lantaran kita sanggup melihat kuasa Tuhan yang tak terbatas. Kebutaan rohani sangat merugikan, alasannya ialah kemuliaan Tuhan dan pekerjaan-pekerjaan-Nya yang besar dan dahsyat tak bisa kita lihat.
Hidup lantaran percaya, bukan lantaran melihat, ialah tanda mata rohani tercelik!
Baca: 2 Raja-Raja 6:8-23
"'Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, biar beliau melihat.'" Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga beliau melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (2 Raja-Raja 6:17a)
Suatu ketika "Raja negeri Aram sedang berperang melawan Israel." (2 Raja-Raja 6:8a). Raja Aram mengirim pasukan tentara dengan kuda dan keretanya yang teramat besar jumlahnya untuk mengepung kota Dotan, daerah di mana abdi Tuhan (Elisa) tinggal. Timbullah ketakutan yang luar biasa di dalam diri Gehazi (pelayan Elisa): "Ketika pelayan abdi Allah bangkit pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: 'Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?'" (2 Raja-Raja 6:15).
Secara jasmaniah mata Gehazi tidaklah buta, bisa melihat segala hal, namun mata rohaninya buta sehingga beliau tidak bisa melihat hal-hal yang adikodrati. Gehazi hanya sanggup melihat sebatas pandangan jasmaniah, tak bisa menembus pandangan adikodrati. Tidak sedikit orang Nasrani yang tak beda jauh dengan Gehazi, dikala sedang diperhadapkan dengan problem atau kesulitan mereka begitu panik, cemas dan takut, kemudian berteriak: "Celaka! Apa yang harus kuperbuat? Masalahku terlalu besar, tak mungkin sanggup terselesaikan!" Mata rohani yang buta selalu mencurigai kuasa Tuhan; mata rohani yang buta tak sanggup melihat pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang besar; mata rohani yang buta tak bisa berjalan di atas kemustahilan. Hanya mata rohani yang sudah tercelik yang sanggup melihat dan mengalami gejala dan mujizat-mujizat dari Tuhan.
Selagi mata kita hanya tertuju dan terpaku pada kenyataan dan situasi yang ada, kita akan gampang sekali lemah, putus asa, dihantui ketakutan. "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak menerima ketenangan dan ketenteraman; saya tidak menerima istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul." (Ayub 3:25-26). Bila mata rohani kita tercelik, kita tak lagi hidup dalam ketakutan dan kecemasan, lantaran kita sanggup melihat kuasa Tuhan yang tak terbatas. Kebutaan rohani sangat merugikan, alasannya ialah kemuliaan Tuhan dan pekerjaan-pekerjaan-Nya yang besar dan dahsyat tak bisa kita lihat.
Hidup lantaran percaya, bukan lantaran melihat, ialah tanda mata rohani tercelik!