Membajak Tanah Hati
Disadur dari , edisi 31 Maret 2016
Baca: Amos 9:11-15
"'Sesungguhnya, waktu akan datang,' demikianlah firman TUHAN, 'bahwa pembajak akan sempurna menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur gres dan segala bukit akan kebanjiran.'" Amos 9:13
Seorang hamba Tuhan atau pemberita Alkitab ialah sama ibarat seorang petani yang sedang membajak tanah. Mengapa tanah harus dibajak lebih dahulu? Karena tidak semua tanah itu baik dan siap pakai, ada tanah keras, ada pula yang berbatu. Tujuan membajak ialah untuk menggemburkan tanah atau melembutkan tanah yang akan ditaburi benih.
Begitu pula kiprah pemberita Injil. Sebelum memberikan firman atau menabur benih ia harus memersiapkan tanah hati pendengar melalui doa, memohon campur tangan Tuhan, lantaran hanya kuasa Roh Kudus yang mampu menjamah, menggerakkan, membasahi, meluluhkan dan melembutkan setiap hati yang keras. "Sebab firman Allah hidup dan besar lengan berkuasa dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam hingga memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia mampu membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Tindakan membajak ini harus dilakukan terus-menerus, tidak ada waktu untuk berhenti kalau kita mengharapkan tuaian. "Pada ekspresi dominan hambar si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada ekspresi dominan menuai, maka tidak ada apa-apa." (Amsal 20:4). Dalam membajak 'tanah' hati seorang pekerja dilarang mempunyai perilaku gampang putus asa, sekalipun ada problem saat pekerja mendapati tanah yang dibajaknya ialah tanah yang keras. Sebagian dari mereka merasa lelah, bersungut-sungut dan kemudian berhenti membajak.
Belajarlah kepada Musa, orang yang diutus Tuhan untuk memimpin umat Israel yang tanah hatinya sangat keras, di mana Tuhan sendiri menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk (baca Keluaran 32:9). Namun Musa mengerjakan kiprah yang dipercayakan Tuhan ini dengan penuh kesabaran dan hati yang lemah lembut. Jika tidak, Musa niscaya akan gagal di tengah jalan. Membajak tanah hati juga harus fokus dan penuh konsentrasi dengan mata yang mengarah ke depan. Jangan hingga kita membajak dengan setengah hati, sebab "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Lukas 9:61-62).
Jadilah pekerja Tuhan yang terus bersemangat dan tidak gampang menyerah!
Baca: Amos 9:11-15
"'Sesungguhnya, waktu akan datang,' demikianlah firman TUHAN, 'bahwa pembajak akan sempurna menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur gres dan segala bukit akan kebanjiran.'" Amos 9:13
Seorang hamba Tuhan atau pemberita Alkitab ialah sama ibarat seorang petani yang sedang membajak tanah. Mengapa tanah harus dibajak lebih dahulu? Karena tidak semua tanah itu baik dan siap pakai, ada tanah keras, ada pula yang berbatu. Tujuan membajak ialah untuk menggemburkan tanah atau melembutkan tanah yang akan ditaburi benih.
Begitu pula kiprah pemberita Injil. Sebelum memberikan firman atau menabur benih ia harus memersiapkan tanah hati pendengar melalui doa, memohon campur tangan Tuhan, lantaran hanya kuasa Roh Kudus yang mampu menjamah, menggerakkan, membasahi, meluluhkan dan melembutkan setiap hati yang keras. "Sebab firman Allah hidup dan besar lengan berkuasa dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam hingga memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia mampu membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Tindakan membajak ini harus dilakukan terus-menerus, tidak ada waktu untuk berhenti kalau kita mengharapkan tuaian. "Pada ekspresi dominan hambar si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada ekspresi dominan menuai, maka tidak ada apa-apa." (Amsal 20:4). Dalam membajak 'tanah' hati seorang pekerja dilarang mempunyai perilaku gampang putus asa, sekalipun ada problem saat pekerja mendapati tanah yang dibajaknya ialah tanah yang keras. Sebagian dari mereka merasa lelah, bersungut-sungut dan kemudian berhenti membajak.
Belajarlah kepada Musa, orang yang diutus Tuhan untuk memimpin umat Israel yang tanah hatinya sangat keras, di mana Tuhan sendiri menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk (baca Keluaran 32:9). Namun Musa mengerjakan kiprah yang dipercayakan Tuhan ini dengan penuh kesabaran dan hati yang lemah lembut. Jika tidak, Musa niscaya akan gagal di tengah jalan. Membajak tanah hati juga harus fokus dan penuh konsentrasi dengan mata yang mengarah ke depan. Jangan hingga kita membajak dengan setengah hati, sebab "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Lukas 9:61-62).
Jadilah pekerja Tuhan yang terus bersemangat dan tidak gampang menyerah!