Pelayanan Bagi Sesama (1)
Disadur dari , edisi 29 Maret 2016
Baca: Matius 25:31-46
"Sebab dikala Aku lapar, kau memberi Aku makan; dikala Aku haus, kau memberi Aku minum; dikala Aku seorang asing, kau memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kau memberi Aku pakaian; dikala Aku sakit, kau melawat Aku; dikala Aku di dalam penjara, kau mengunjungi Aku." Matius 25:35-36
Menjadi serupa dengan Kristus yakni tujuan hidup orang percaya. Untuk mewujudkan itu gereja harus memerlengkapi diri dengan pelayanan penginjilan, pengajaran, penggembalaan, persekutuan, peribadatan dan penatalayanan. Ada jenis pelayanan lain yang dilarang diabaikan dan harus digalakkan oleh gereja yaitu pelayanan diakonia. Pelayanan diakonia yakni pelayanan bagi sesama. Dalam pelayanan ini gereja benar-benar menjalankan fungsinya sebagai kanal berkat bagi dunia, menjadi balasan untuk setiap pergumulan hidup.
Pelayanan diakonia disebut pula pelayanan membuatkan atau pelayanan pekerjaan baik yang Tuhan Yesus ajarkan dan persiapkan jauh sebelumnya, biar setiap orang percaya turut terlibat di dalamnya. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melaksanakan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, biar kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Melayani sesama yakni pelayanan yang dilarang ditunda-tunda, harus dikerjakan sekarang, terutama di masa sulit ibarat kini ini di mana dunia membutuhkan action, bukan sekedar kata-kata yang berbalutkan kasih.
Ketika banyak orang menentukan hidup bagi diri sendiri gereja-Nya justru dituntut untuk menjadi eksklusif yang berbeda, eksklusif penuh belas kasihan ibarat orang Samaria. Ketika melihat orang lain terluka dan menderita seketika itu pula hatinya tergerak oleh belas kasihan. "Ia pergi kepadanya kemudian membalut luka-lukanya, setelah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri kemudian membawanya ke daerah penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah beliau dan kalau kaubelanjakan lebih dari ini, saya akan menggantinya, waktu saya kembali." (Lukas 10:34-35). Sungguh mulia hati orang Samaria ini, padahal orang yang ditolongnya itu yakni orang absurd yang tidak dikenalnya.
Adakah kita mempunyai hati yang terbeban melayani orang lain dengan kasih?
Baca: Matius 25:31-46
"Sebab dikala Aku lapar, kau memberi Aku makan; dikala Aku haus, kau memberi Aku minum; dikala Aku seorang asing, kau memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kau memberi Aku pakaian; dikala Aku sakit, kau melawat Aku; dikala Aku di dalam penjara, kau mengunjungi Aku." Matius 25:35-36
Menjadi serupa dengan Kristus yakni tujuan hidup orang percaya. Untuk mewujudkan itu gereja harus memerlengkapi diri dengan pelayanan penginjilan, pengajaran, penggembalaan, persekutuan, peribadatan dan penatalayanan. Ada jenis pelayanan lain yang dilarang diabaikan dan harus digalakkan oleh gereja yaitu pelayanan diakonia. Pelayanan diakonia yakni pelayanan bagi sesama. Dalam pelayanan ini gereja benar-benar menjalankan fungsinya sebagai kanal berkat bagi dunia, menjadi balasan untuk setiap pergumulan hidup.
Pelayanan diakonia disebut pula pelayanan membuatkan atau pelayanan pekerjaan baik yang Tuhan Yesus ajarkan dan persiapkan jauh sebelumnya, biar setiap orang percaya turut terlibat di dalamnya. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melaksanakan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, biar kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Melayani sesama yakni pelayanan yang dilarang ditunda-tunda, harus dikerjakan sekarang, terutama di masa sulit ibarat kini ini di mana dunia membutuhkan action, bukan sekedar kata-kata yang berbalutkan kasih.
Ketika banyak orang menentukan hidup bagi diri sendiri gereja-Nya justru dituntut untuk menjadi eksklusif yang berbeda, eksklusif penuh belas kasihan ibarat orang Samaria. Ketika melihat orang lain terluka dan menderita seketika itu pula hatinya tergerak oleh belas kasihan. "Ia pergi kepadanya kemudian membalut luka-lukanya, setelah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri kemudian membawanya ke daerah penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah beliau dan kalau kaubelanjakan lebih dari ini, saya akan menggantinya, waktu saya kembali." (Lukas 10:34-35). Sungguh mulia hati orang Samaria ini, padahal orang yang ditolongnya itu yakni orang absurd yang tidak dikenalnya.
Adakah kita mempunyai hati yang terbeban melayani orang lain dengan kasih?