Pergumulan Yang Berat (2)
Disadur dari , edisi 24 Maret 2016
Baca: Markus 14:32-42
"Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, ketika itu kemudian dari pada-Nya." Markus 14:35
Ketika menghadapi pergumulan yang berat, sebagai insan Yesus membutuhkan sobat untuk membuatkan beban, lantaran itu Ia mengajak Petrus dan kedua anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes) untuk menemani-Nya berdoa di taman Getsemani.
Yesus hendak menekankan bahwa dalam kodratnya sebagai insan seharusnya kita saling menguatkan, menopang dan memerhatikan satu-sama lain. Seperti nasihat rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kau memenuhi aturan Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa dia berarti, padahal dia sama sekali tidak berarti, dia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka dia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri." (Galatia 6:2-5). Tidaklah salah membuatkan beban lantaran kita tidak sanggup hidup sendiri, kita butuh orang lain untuk memotivasi dan membangkitkan semangat biar tidak lemah, karena "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, lantaran mereka mendapatkan upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak memiliki orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkhotbah 4:9-10). Ketika menghadapi pergumulan yang berat Yesus tidak lari dari kenyataan, tapi Ia menerimanya sebagai belahan dari proses, lantaran itu Ia berguru taat kepada kehendak Bapa daripada kehendak-Nya sendiri. "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini kemudian dari pada-Ku, tetapi janganlah menyerupai yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
Terkadang ketika menghadapi pergumulan hidup yang berat kita cenderung lari dari problem dan berusaha mencari jalan keluar sendiri, kemudian kita marah, menyalahkan keadaan dan orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan. Yesus menawarkan satu teladan, yaitu ketika dalam pergumulan yang berat Ia segera bersimpuh untuk berdoa dan berguru untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya. Itulah yang menciptakan Yesus tetap berpengaruh menanggung-Nya dan dengan penuh kerelaan hati menjalani prosesnya.
Doa yakni kunci kekuatan dalam menghadapi pergumulan hidup yang berat!
Baca: Markus 14:32-42
"Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, ketika itu kemudian dari pada-Nya." Markus 14:35
Ketika menghadapi pergumulan yang berat, sebagai insan Yesus membutuhkan sobat untuk membuatkan beban, lantaran itu Ia mengajak Petrus dan kedua anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes) untuk menemani-Nya berdoa di taman Getsemani.
Yesus hendak menekankan bahwa dalam kodratnya sebagai insan seharusnya kita saling menguatkan, menopang dan memerhatikan satu-sama lain. Seperti nasihat rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kau memenuhi aturan Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa dia berarti, padahal dia sama sekali tidak berarti, dia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka dia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri." (Galatia 6:2-5). Tidaklah salah membuatkan beban lantaran kita tidak sanggup hidup sendiri, kita butuh orang lain untuk memotivasi dan membangkitkan semangat biar tidak lemah, karena "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, lantaran mereka mendapatkan upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak memiliki orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkhotbah 4:9-10). Ketika menghadapi pergumulan yang berat Yesus tidak lari dari kenyataan, tapi Ia menerimanya sebagai belahan dari proses, lantaran itu Ia berguru taat kepada kehendak Bapa daripada kehendak-Nya sendiri. "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini kemudian dari pada-Ku, tetapi janganlah menyerupai yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
Terkadang ketika menghadapi pergumulan hidup yang berat kita cenderung lari dari problem dan berusaha mencari jalan keluar sendiri, kemudian kita marah, menyalahkan keadaan dan orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan. Yesus menawarkan satu teladan, yaitu ketika dalam pergumulan yang berat Ia segera bersimpuh untuk berdoa dan berguru untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya. Itulah yang menciptakan Yesus tetap berpengaruh menanggung-Nya dan dengan penuh kerelaan hati menjalani prosesnya.
Doa yakni kunci kekuatan dalam menghadapi pergumulan hidup yang berat!