Jangan Pernah Selingkuh Dewa (2)
Disadur dari , edisi 26 April 2016
Baca: Mazmur 135:1-21
"Sesungguhnya saya tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah." Mazmur 135:5
Berhala-berhala itu tidak selalu identik dengan patung, benda-benda kuno, kuburan-kuburan nenek moyang, pohon bau tanah dan sebagainya, tetapi sesuatu yang kita cintai lebih daripada Tuhan yakni berhala. Kadangkala kita dapat memberhalakan mobil, uang dan semua kekayaan yang kita miliki. Kita menyayangi hal-hal itu lebih dari Tuhan. "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21).
Ketika diperintahkan Tuhan untuk menjual seluruh hartanya dan memberikannya kepada orang miskin, kemudian mengikut Tuhan, seorang muda yang kaya lebih menentukan untuk pergi meninggalkan Tuhan. "Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah beliau dengan sedih, alasannya banyak hartanya." (Matius 19:22). Hal itu menandakan bahwa orang muda itu lebih menyayangi harta daripada Tuhan; harta sudah menjadi berhala dalam hidupnya. Bibel menegaskan, "Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut." (Amsal 11:4).
Berhala berarti pula sesuatu yang kepadanya kita berikan waktu lebih daripada hal-hal rohani. Banyak orang Nasrani yang hari-harinya disibukkan oleh pekerjaan, bisnis atau hobi sampai-sampai melupakan dan meninggalkan jam-jam ibadah. Yang ada di pikiran mereka hanyalah bagaimana cara mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Perhatikan! "...akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari kepercayaan dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10). Tidak salah kita melaksanakan pekerjaan, bisnis dan semua hal yang menjadi acara keseharian kita, atau mengisi waktu untuk menyalurkan hobi dan kesenangan, tapi kita harus ingat bahwa perkara-perkara rohani harus tetap menjadi prioritas utama. Jangan hingga kita menunjukkan waktu lebih untuk segala hal yang duniawi, dibanding hal-hal yang rohani. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Prioritaskan Tuhan dan perkara-perkara rohani lebih dari apa pun yang ada di dunia ini.
Sebagai umat tebusan-Nya kita harus menghambakan diri hanya kepada Tuhan, dan berusaha untuk menyenangkan hati Tuhan saja, bukan yang lain.
Baca: Mazmur 135:1-21
"Sesungguhnya saya tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah." Mazmur 135:5
Berhala-berhala itu tidak selalu identik dengan patung, benda-benda kuno, kuburan-kuburan nenek moyang, pohon bau tanah dan sebagainya, tetapi sesuatu yang kita cintai lebih daripada Tuhan yakni berhala. Kadangkala kita dapat memberhalakan mobil, uang dan semua kekayaan yang kita miliki. Kita menyayangi hal-hal itu lebih dari Tuhan. "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21).
Ketika diperintahkan Tuhan untuk menjual seluruh hartanya dan memberikannya kepada orang miskin, kemudian mengikut Tuhan, seorang muda yang kaya lebih menentukan untuk pergi meninggalkan Tuhan. "Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah beliau dengan sedih, alasannya banyak hartanya." (Matius 19:22). Hal itu menandakan bahwa orang muda itu lebih menyayangi harta daripada Tuhan; harta sudah menjadi berhala dalam hidupnya. Bibel menegaskan, "Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut." (Amsal 11:4).
Berhala berarti pula sesuatu yang kepadanya kita berikan waktu lebih daripada hal-hal rohani. Banyak orang Nasrani yang hari-harinya disibukkan oleh pekerjaan, bisnis atau hobi sampai-sampai melupakan dan meninggalkan jam-jam ibadah. Yang ada di pikiran mereka hanyalah bagaimana cara mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Perhatikan! "...akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari kepercayaan dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10). Tidak salah kita melaksanakan pekerjaan, bisnis dan semua hal yang menjadi acara keseharian kita, atau mengisi waktu untuk menyalurkan hobi dan kesenangan, tapi kita harus ingat bahwa perkara-perkara rohani harus tetap menjadi prioritas utama. Jangan hingga kita menunjukkan waktu lebih untuk segala hal yang duniawi, dibanding hal-hal yang rohani. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Prioritaskan Tuhan dan perkara-perkara rohani lebih dari apa pun yang ada di dunia ini.
Sebagai umat tebusan-Nya kita harus menghambakan diri hanya kepada Tuhan, dan berusaha untuk menyenangkan hati Tuhan saja, bukan yang lain.