Kemarahan Yang Benar: Murka Terhadap Dosa
Disadur dari , edisi 28 Juni 2016
Baca: Galatia 1:6-10
"Aku heran, bahwa kau begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain," Galatia 1:6
Mungkin ada di antara Saudara yang sulit sekali tidur semalaman alasannya hati sedang diliputi kemarahan terhadap orang lain. Mata enggan terpejam dan pikiran dipenuhi rencana-rencana demi melampiaskan amarah yang sempat tertunda.
Sesungguhnya murka yakni hal yang masuk akal sebagai salah satu bentuk verbal dari perasaan atau emosi. Emosi sanggup mengakibatkan rasa sedih, kuatir, cinta dan bahkan marah. Namun Injil memperingatkan: "Apabila kau menjadi marah, janganlah kau berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26). Boleh saja marah, tetapi jangan hingga membawa kita kepada dosa. Umumnya orang menjadi murka saat dirugikan, disakiti, tidak dihargai, dikecewakan atau dilecehkan, sehingga hasilnya timbul suatu impian untuk melaksanakan tindakan balas dendam. Kemarahan semacam ini sanggup menjadikan perpecahan, permusuhan, dan rusaknya sebuah hubungan ini yakni dosa.
Seperti apa kemarahan yang tidak membawa kepada dosa? Adalah saat kita murka terhadap hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Kemarahan jenis ini yakni bukti bahwa seseorang bersikap tegas terhadap dosa. Sebaliknya saat kita melihat ketidakbenaran, namun kita membisu saja seakan-akan tidak terjadi apa-apa, itu berarti kita telah bersikap lunak atau berkompromi dengan dosa. Rasul Paulus tidak pernah murka saat difitnah, dihina, dimusuhi, direndahkan atau diperlakukan semena-mena oleh orang lain, tetapi ia akan murka besar begitu melihat ada orang yang memalsukan, melecehkan atau memutarbalikkan kebenaran Injil Kristus sampai-sampai ia menyampaikan bahwa orang itu terkutuk. "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kau suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia." (Galatia 1:8-9).
Rasul Paulus murka saat ada orang-orang yang memberitakan injil yang lain, alasannya hanya ada satu Injil yaitu Injil Kristus!
Baca: Galatia 1:6-10
"Aku heran, bahwa kau begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain," Galatia 1:6
Mungkin ada di antara Saudara yang sulit sekali tidur semalaman alasannya hati sedang diliputi kemarahan terhadap orang lain. Mata enggan terpejam dan pikiran dipenuhi rencana-rencana demi melampiaskan amarah yang sempat tertunda.
Sesungguhnya murka yakni hal yang masuk akal sebagai salah satu bentuk verbal dari perasaan atau emosi. Emosi sanggup mengakibatkan rasa sedih, kuatir, cinta dan bahkan marah. Namun Injil memperingatkan: "Apabila kau menjadi marah, janganlah kau berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26). Boleh saja marah, tetapi jangan hingga membawa kita kepada dosa. Umumnya orang menjadi murka saat dirugikan, disakiti, tidak dihargai, dikecewakan atau dilecehkan, sehingga hasilnya timbul suatu impian untuk melaksanakan tindakan balas dendam. Kemarahan semacam ini sanggup menjadikan perpecahan, permusuhan, dan rusaknya sebuah hubungan ini yakni dosa.
Seperti apa kemarahan yang tidak membawa kepada dosa? Adalah saat kita murka terhadap hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Kemarahan jenis ini yakni bukti bahwa seseorang bersikap tegas terhadap dosa. Sebaliknya saat kita melihat ketidakbenaran, namun kita membisu saja seakan-akan tidak terjadi apa-apa, itu berarti kita telah bersikap lunak atau berkompromi dengan dosa. Rasul Paulus tidak pernah murka saat difitnah, dihina, dimusuhi, direndahkan atau diperlakukan semena-mena oleh orang lain, tetapi ia akan murka besar begitu melihat ada orang yang memalsukan, melecehkan atau memutarbalikkan kebenaran Injil Kristus sampai-sampai ia menyampaikan bahwa orang itu terkutuk. "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kau suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia." (Galatia 1:8-9).
Rasul Paulus murka saat ada orang-orang yang memberitakan injil yang lain, alasannya hanya ada satu Injil yaitu Injil Kristus!