Sediakan Waktu 'Tuk Berdoa (1)
Disadur dari , edisi 13 September 2016
Baca: Mazmur 59:1-18
"Tetapi saya mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi saya mau bersorak-sorai lantaran kasih setia-Mu; lantaran Engkau telah menjadi kota bentengku, daerah pelarianku pada waktu kesesakanku." Mazmur 59:17
Meski status orang percaya yakni warga sorgawi, harus diingat bahwa dua kaki kita masih berpijak di atas muka bumi ini, artinya kita juga dihadapkan pada segala kesukaran dan problem setiap hari, sama menyerupai yang dirasakan dan dialami orang-orang di luar Tuhan. Kita mustahil lari dari segala kesukaran dan masalah; suka tidak suka, mau tidak mau kita harus menghadapinya. Banyak orang Katolik hidup dalam kegagalan demi kegagalan, merasa tidak mampu menghadapi segala kesukaran dan kesulitan lantaran tidak mempunyai kehidupan doa. Bagaimana dapat menang atas segala pergumulan jikalau kita tidak mau berperang terlebih dahulu, tidak mau menyangkal diri, tidak mau membayar harga!
Raja Salomo menulis: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkhotbah 3:1). Kebenaran ini berlaku bagi kita semua dalam segala hal dan keadaan, begitu juga dalam kehidupan doa. Selagi ada kesempatan dan waktu, "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" (Yesaya 55:6). Kalau kita ingin menang atas segala pergumulan, tetap tegak bangun di atas topan dan gelombang kehidupan, jalan satu-satunya yakni harus mempunyai kehidupan doa! Dengan kata lain berdoa harus menjadi bab yang tetap dalam keseharian hidup kita! Oleh lantaran itu sediakanlah waktu yang tetap setiap hari untuk berdoa, jangan sekali-kali menundanya.
Kapan waktu yang sempurna untuk berdoa? Tuhan bersedia ditemui kapan pun kita menyediakan waktu bersekutu dengan-Nya. Bisa pada pagi hari sebelum matahari menyingsing, ketika suasana masih sunyi senyap, belum ada kesibukan, belum terdengar keributan. Ketika banyak orang menentukan bersembunyi di balik selimut, kita dapat tiba kepada Tuhan melalui doa. Pagi-pagi benar yakni bab yang pertama dari hari yang akan kita lalui yang seharusnya kita persembahkan kepada Tuhan, menyerupai yang dilakukan Daud: "TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi saya mengatur persembahan bagi-Mu, dan saya menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4). (Bersambung)
Baca: Mazmur 59:1-18
"Tetapi saya mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi saya mau bersorak-sorai lantaran kasih setia-Mu; lantaran Engkau telah menjadi kota bentengku, daerah pelarianku pada waktu kesesakanku." Mazmur 59:17
Meski status orang percaya yakni warga sorgawi, harus diingat bahwa dua kaki kita masih berpijak di atas muka bumi ini, artinya kita juga dihadapkan pada segala kesukaran dan problem setiap hari, sama menyerupai yang dirasakan dan dialami orang-orang di luar Tuhan. Kita mustahil lari dari segala kesukaran dan masalah; suka tidak suka, mau tidak mau kita harus menghadapinya. Banyak orang Katolik hidup dalam kegagalan demi kegagalan, merasa tidak mampu menghadapi segala kesukaran dan kesulitan lantaran tidak mempunyai kehidupan doa. Bagaimana dapat menang atas segala pergumulan jikalau kita tidak mau berperang terlebih dahulu, tidak mau menyangkal diri, tidak mau membayar harga!
Raja Salomo menulis: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkhotbah 3:1). Kebenaran ini berlaku bagi kita semua dalam segala hal dan keadaan, begitu juga dalam kehidupan doa. Selagi ada kesempatan dan waktu, "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" (Yesaya 55:6). Kalau kita ingin menang atas segala pergumulan, tetap tegak bangun di atas topan dan gelombang kehidupan, jalan satu-satunya yakni harus mempunyai kehidupan doa! Dengan kata lain berdoa harus menjadi bab yang tetap dalam keseharian hidup kita! Oleh lantaran itu sediakanlah waktu yang tetap setiap hari untuk berdoa, jangan sekali-kali menundanya.
Kapan waktu yang sempurna untuk berdoa? Tuhan bersedia ditemui kapan pun kita menyediakan waktu bersekutu dengan-Nya. Bisa pada pagi hari sebelum matahari menyingsing, ketika suasana masih sunyi senyap, belum ada kesibukan, belum terdengar keributan. Ketika banyak orang menentukan bersembunyi di balik selimut, kita dapat tiba kepada Tuhan melalui doa. Pagi-pagi benar yakni bab yang pertama dari hari yang akan kita lalui yang seharusnya kita persembahkan kepada Tuhan, menyerupai yang dilakukan Daud: "TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi saya mengatur persembahan bagi-Mu, dan saya menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4). (Bersambung)