Keutuhan Dalam Keluarga (2)
Disadur dari , edisi 17 April 2016
Baca: Titus 3:1-8
"pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan alasannya perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi alasannya rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus," Titus 3:5
Keutuhan keluarga akan semakin terancam apabila masing-masing anggota keluarga tidak bisa menguasai diri atau mengendalikan emosinya. "Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang." (Titus 3:2).
Sering dijumpai ada suami-suami yang gampang sekali naik pitam dan terpancing emosinya, bahkan hingga melaksanakan tindakan kekerasan secara fisik: memukul anak dan isteri. Ada pula isteri-isteri yang tidak bisa mengendalikan lidahnya, begitu cerewet, suka sekali murka dan kurang menghormati suami dengan melontarkan kata-kata kasar. Perilaku isteri yang demikian akan semakin membuat suami tidak betah di rumah. Ada tertulis: "Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada membisu serumah dengan wanita yang suka bertengkar." (Amsal 21:9). Penting sekali kita memakai pengecap kita dengan benar. "...alangkah baiknya perkataan yang sempurna pada waktunya!" (Amsal 21:9). Inilah yang akan membuat sebuah kerukunan dalam rumah tangga! Pemazmur menyatakan, "...apabila saudara-saudara membisu bersama dengan rukun! ...ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya." (Mazmur 133:1-3).
Rasul Paulus berkata, "Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci." (Titus 3:3), namun sekarang keberadaan kita di dalam Kristus "...adalah ciptaan baru: yang usang sudah berlalu, bergotong-royong yang gres sudah datang." (2 Korintus 5:17). Oleh alasannya itu kita harus benar-benar menjadi langsung yang berubah, yaitu meninggalkan semua moral usang atau kebiasaan-kebiasaan usang yang tidak berkenan kepada Tuhan, dan tidak lagi hidup menyerupai orang-orang yang belum mengenal Tuhan; setiap anggota keluarga juga harus punya tekad untuk saling melayani satu sama lain dan melaksanakan pekerjaan yang baik.
Keluarga akan terjaga keutuhannya dan semakin diberkati Tuhan jikalau masing-masing anggota keluarga menjalankan hidupnya sebagai insan baru.
Baca: Titus 3:1-8
"pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan alasannya perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi alasannya rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus," Titus 3:5
Keutuhan keluarga akan semakin terancam apabila masing-masing anggota keluarga tidak bisa menguasai diri atau mengendalikan emosinya. "Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang." (Titus 3:2).
Sering dijumpai ada suami-suami yang gampang sekali naik pitam dan terpancing emosinya, bahkan hingga melaksanakan tindakan kekerasan secara fisik: memukul anak dan isteri. Ada pula isteri-isteri yang tidak bisa mengendalikan lidahnya, begitu cerewet, suka sekali murka dan kurang menghormati suami dengan melontarkan kata-kata kasar. Perilaku isteri yang demikian akan semakin membuat suami tidak betah di rumah. Ada tertulis: "Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada membisu serumah dengan wanita yang suka bertengkar." (Amsal 21:9). Penting sekali kita memakai pengecap kita dengan benar. "...alangkah baiknya perkataan yang sempurna pada waktunya!" (Amsal 21:9). Inilah yang akan membuat sebuah kerukunan dalam rumah tangga! Pemazmur menyatakan, "...apabila saudara-saudara membisu bersama dengan rukun! ...ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya." (Mazmur 133:1-3).
Rasul Paulus berkata, "Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci." (Titus 3:3), namun sekarang keberadaan kita di dalam Kristus "...adalah ciptaan baru: yang usang sudah berlalu, bergotong-royong yang gres sudah datang." (2 Korintus 5:17). Oleh alasannya itu kita harus benar-benar menjadi langsung yang berubah, yaitu meninggalkan semua moral usang atau kebiasaan-kebiasaan usang yang tidak berkenan kepada Tuhan, dan tidak lagi hidup menyerupai orang-orang yang belum mengenal Tuhan; setiap anggota keluarga juga harus punya tekad untuk saling melayani satu sama lain dan melaksanakan pekerjaan yang baik.
Keluarga akan terjaga keutuhannya dan semakin diberkati Tuhan jikalau masing-masing anggota keluarga menjalankan hidupnya sebagai insan baru.