Pentingnya Penguasaan Diri (2)
Disadur dari , edisi 7 Juli 2016
Baca: Kolose 3:5-17
"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi," Kolose 3:5
Dalam hal apa orang percaya harus bisa menguasai diri? Salah satunya yaitu dalam hal kesenangan duniawi, "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu impian daging dan impian mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melaksanakan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:16-17).
Berbagai kesenangan dan kenikmatan yang memanjakan daging sedang dunia tawarkan kepada pancaindera dan tidak sedikit orang terjebak dan karam di dalamnya, ditunjang perkembangan teknologi yang semakin mutakhir, dimana isu apa saja sanggup dengan gampang diakses, mulai dari yang faktual hingga kepada yang negatif. Orang juga sanggup melaksanakan apa saja melalui media online: berbisnis, berteman atau melaksanakan perbuatan yang menyimpang dari kebenaran menyerupai judi online, bahkan prostitusi online yang sedang marak akhir-akhir ini. Karena terpesona indahnya dunia ini orang tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang demi memuaskan hasratnya. "Mengapakah kau belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?" (Yesaya 55:2). Firman Tuhan memperingatkan, "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, biar kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Ingatlah, status kita bukanlah milik dunia ini melainkan milik Tuhan (baca Yohanes 17:9-10), lantaran itu kita harus berusaha menjadi eksklusif yang 'berbeda' dari dunia ini. Jangan hingga kesenangan dunia ini semakin menjauhkan kita dari Tuhan sehingga Tuhan bukan lagi yang utama dalam hidup ini. Namun "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang sanggup diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:26).
Musa bisa menguasai diri terhadap kesenangan duniawi sehingga rela meninggalkan segala kenyamanan di Mesir dan lebih menentukan untuk menderita sengsara bersama umat Tuhan di padang gurun (baca Ibrani 11:24-26), lantaran pandangannya ia arahkan kepada upah yang kekal.
"Sebab, kalau kau hidup berdasarkan daging, kau akan mati; tetapi kalau oleh Roh kau mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kau akan hidup." Roma 8:13
Baca: Kolose 3:5-17
"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi," Kolose 3:5
Dalam hal apa orang percaya harus bisa menguasai diri? Salah satunya yaitu dalam hal kesenangan duniawi, "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu impian daging dan impian mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melaksanakan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:16-17).
Berbagai kesenangan dan kenikmatan yang memanjakan daging sedang dunia tawarkan kepada pancaindera dan tidak sedikit orang terjebak dan karam di dalamnya, ditunjang perkembangan teknologi yang semakin mutakhir, dimana isu apa saja sanggup dengan gampang diakses, mulai dari yang faktual hingga kepada yang negatif. Orang juga sanggup melaksanakan apa saja melalui media online: berbisnis, berteman atau melaksanakan perbuatan yang menyimpang dari kebenaran menyerupai judi online, bahkan prostitusi online yang sedang marak akhir-akhir ini. Karena terpesona indahnya dunia ini orang tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang demi memuaskan hasratnya. "Mengapakah kau belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?" (Yesaya 55:2). Firman Tuhan memperingatkan, "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, biar kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Ingatlah, status kita bukanlah milik dunia ini melainkan milik Tuhan (baca Yohanes 17:9-10), lantaran itu kita harus berusaha menjadi eksklusif yang 'berbeda' dari dunia ini. Jangan hingga kesenangan dunia ini semakin menjauhkan kita dari Tuhan sehingga Tuhan bukan lagi yang utama dalam hidup ini. Namun "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang sanggup diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:26).
Musa bisa menguasai diri terhadap kesenangan duniawi sehingga rela meninggalkan segala kenyamanan di Mesir dan lebih menentukan untuk menderita sengsara bersama umat Tuhan di padang gurun (baca Ibrani 11:24-26), lantaran pandangannya ia arahkan kepada upah yang kekal.
"Sebab, kalau kau hidup berdasarkan daging, kau akan mati; tetapi kalau oleh Roh kau mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kau akan hidup." Roma 8:13