Pengaruh Uang Dan Kekayaan Bagi Manusia
Disadur dari , edisi 26 Juli 2016
Baca: Lukas 16:1-9
"Apakah yang kudengar ihwal engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, alasannya yakni engkau dihentikan lagi bekerja sebagai bendahara." Lukas 16:2
Tuhan memberikan pelajaran berharga kepada murid-murid-Nya ihwal imbas uang dan kekayaan dalam kehidupan insan melalui perumpamaan ihwal bendahara yang tidak jujur. Dikisahkan ada orang kaya yang memercayakan harta kekayaannya kepada hambanya untuk dikelola, tapi kemudian didapati bahwa hambanya ini telah menyalahgunakan kepercayaan tuannya ini. Tuan kaya ini yakni citra dari Tuhan, pemilik segala-galanya. Sedangkan bendahara yang tidak jujur yakni citra dari kita.
Tuhan telah memercayakan kepada kita segala sesuatu: talenta, uang, kekayaan, dan sebagainya. Semua berkat yang Tuhan percayakan kepada kita itu bukan bertujuan untuk dinikmati sendiri, tapi harus dikembangkan dan dipergunakan untuk kemuliaan nama Tuhan dan disalurkan untuk memberkati sesama (diberkati untuk memberkati). Jika kita menyalahgunakan berkat yang Tuhan percayakan kita sanggup digolongkan sebagai bendahara yang tidak jujur. Jelas sekali bahwa uang dan kekayaan sanggup memengaruhi contoh pikir dan juga jalan hidup seseorang. Dengan kata lain uang dan kekayaan mempunyai kekuatan untuk menjerat dan memikat hati seseorang, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21), bahkan sanggup memerbudak hidup seseorang. "Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iktikad dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10b). Uang dan kekayaan juga sanggup mengubah perilaku hati seseorang, dari rendah hati menjadi sombong, sehingga memandang rendah orang lain.
Melalui perumpamaan ini Yesus hendak mengingatkan bahwa uang dan kekayaan yakni sesuatu yang sementara, tidak kekal. Hal itu tersirat dari pernyataan-Nya, "...jika Mamon itu tidak sanggup menolong lagi," (ayat 9). Banyak ayat yang mendukung hal itu: kekayaan itu sesuatu yang tidak menentu (baca 1 Timotius 6:17), kekayaan gampang sekali lenyap (baca Amsal 23:5). Apa yang ada pada kita yakni sesuatu yang dipercayakan Tuhan, yang suatu waktu kelak harus kita pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
"...kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." Lukas 12:48b
Baca: Lukas 16:1-9
"Apakah yang kudengar ihwal engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, alasannya yakni engkau dihentikan lagi bekerja sebagai bendahara." Lukas 16:2
Tuhan memberikan pelajaran berharga kepada murid-murid-Nya ihwal imbas uang dan kekayaan dalam kehidupan insan melalui perumpamaan ihwal bendahara yang tidak jujur. Dikisahkan ada orang kaya yang memercayakan harta kekayaannya kepada hambanya untuk dikelola, tapi kemudian didapati bahwa hambanya ini telah menyalahgunakan kepercayaan tuannya ini. Tuan kaya ini yakni citra dari Tuhan, pemilik segala-galanya. Sedangkan bendahara yang tidak jujur yakni citra dari kita.
Tuhan telah memercayakan kepada kita segala sesuatu: talenta, uang, kekayaan, dan sebagainya. Semua berkat yang Tuhan percayakan kepada kita itu bukan bertujuan untuk dinikmati sendiri, tapi harus dikembangkan dan dipergunakan untuk kemuliaan nama Tuhan dan disalurkan untuk memberkati sesama (diberkati untuk memberkati). Jika kita menyalahgunakan berkat yang Tuhan percayakan kita sanggup digolongkan sebagai bendahara yang tidak jujur. Jelas sekali bahwa uang dan kekayaan sanggup memengaruhi contoh pikir dan juga jalan hidup seseorang. Dengan kata lain uang dan kekayaan mempunyai kekuatan untuk menjerat dan memikat hati seseorang, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21), bahkan sanggup memerbudak hidup seseorang. "Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iktikad dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10b). Uang dan kekayaan juga sanggup mengubah perilaku hati seseorang, dari rendah hati menjadi sombong, sehingga memandang rendah orang lain.
Melalui perumpamaan ini Yesus hendak mengingatkan bahwa uang dan kekayaan yakni sesuatu yang sementara, tidak kekal. Hal itu tersirat dari pernyataan-Nya, "...jika Mamon itu tidak sanggup menolong lagi," (ayat 9). Banyak ayat yang mendukung hal itu: kekayaan itu sesuatu yang tidak menentu (baca 1 Timotius 6:17), kekayaan gampang sekali lenyap (baca Amsal 23:5). Apa yang ada pada kita yakni sesuatu yang dipercayakan Tuhan, yang suatu waktu kelak harus kita pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
"...kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." Lukas 12:48b