Keutuhan Dalam Keluarga (1)
Disadur dari , edisi 16 April 2016
Baca: Titus 3:1-8
"Ingatkanlah mereka semoga mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melaksanakan setiap pekerjaan yang baik." Titus 3:1
Saat ini aneka macam terjadi goncangan dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga. Keluarga menjadi target atau bidikan Iblis. Bila keluarga terpecah-belah dan hancur akan berdampak kepada gereja, alasannya yaitu keluarga yaitu gereja inti.
Ada banyak persoalan yang bermunculan dalam keluarga sehingga menyebabkan keretakan dan percekcokan di antara anggota keluarga. Kita sering membaca info di surat kabar atau melihat dan mendengar info di layar kaca, aneka macam keluarga yang awalnya begitu serasi berkembang menjadi porak-poranda dan berujung perceraian. Kita tahu perceraian yaitu perkara yang sangat dibenci Tuhan. "Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel..." (Maleakhi 2:16), karena "...apa yang telah dipersatukan Allah, dilarang diceraikan manusia." (Matius 19:6). Menurut hasil survei statistik, Amerika Serikat yaitu satu dari sepuluh negara dengan angka perceraian tertinggi di dunia, di mana sebagian besar keluarga di Amerika Serikat yaitu keluarga-keluarga Kristen. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perceraian dalam sebuah keluarga, di antaranya: ketidakharmonisan, kehadiran orang ke-3 dikarenakan suami atau isteri yang selingkuh, KDRT dan juga faktor ekonomi.
Melalui suratnya yang ditujukan kepada Titus, rasul Paulus menunjukkan pesan yang tersirat bagaimana semoga kehidupan keluarga tetap kokoh dan senantiasa berada dalam pemeliharaan Tuhan. Hal utama yang harus ada dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga yaitu penundukan diri (ayat nas). Percekcokan seringkali terjadi dalam kehidupan keluarga saat masing-masing tidak mau menundukkan diri kepada otoritas yang seharusnya. Mereka bersikeras mempertahankan ego masing-masing dan tidak mau mengalah. Seorang anak tidak mau tunduk kepada orangtuanya, seorang isteri tidak mau tunduk kepada suami yang yaitu kepala keluarga, dia adalah "...kepala isteri sama ibarat Kristus yaitu kepala jemaat." (Efesus 5:23). Begitu juga suami tidak mau menundukkan diri kepada Kristus. Sikap mau menang sendiri akan hilang dengan sendirinya apabila tiap-tiap anggota keluarga (anak, isteri, suami) mempunyai penundukan diri.
(Bersambung)
Baca: Titus 3:1-8
"Ingatkanlah mereka semoga mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melaksanakan setiap pekerjaan yang baik." Titus 3:1
Saat ini aneka macam terjadi goncangan dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga. Keluarga menjadi target atau bidikan Iblis. Bila keluarga terpecah-belah dan hancur akan berdampak kepada gereja, alasannya yaitu keluarga yaitu gereja inti.
Ada banyak persoalan yang bermunculan dalam keluarga sehingga menyebabkan keretakan dan percekcokan di antara anggota keluarga. Kita sering membaca info di surat kabar atau melihat dan mendengar info di layar kaca, aneka macam keluarga yang awalnya begitu serasi berkembang menjadi porak-poranda dan berujung perceraian. Kita tahu perceraian yaitu perkara yang sangat dibenci Tuhan. "Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel..." (Maleakhi 2:16), karena "...apa yang telah dipersatukan Allah, dilarang diceraikan manusia." (Matius 19:6). Menurut hasil survei statistik, Amerika Serikat yaitu satu dari sepuluh negara dengan angka perceraian tertinggi di dunia, di mana sebagian besar keluarga di Amerika Serikat yaitu keluarga-keluarga Kristen. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perceraian dalam sebuah keluarga, di antaranya: ketidakharmonisan, kehadiran orang ke-3 dikarenakan suami atau isteri yang selingkuh, KDRT dan juga faktor ekonomi.
Melalui suratnya yang ditujukan kepada Titus, rasul Paulus menunjukkan pesan yang tersirat bagaimana semoga kehidupan keluarga tetap kokoh dan senantiasa berada dalam pemeliharaan Tuhan. Hal utama yang harus ada dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga yaitu penundukan diri (ayat nas). Percekcokan seringkali terjadi dalam kehidupan keluarga saat masing-masing tidak mau menundukkan diri kepada otoritas yang seharusnya. Mereka bersikeras mempertahankan ego masing-masing dan tidak mau mengalah. Seorang anak tidak mau tunduk kepada orangtuanya, seorang isteri tidak mau tunduk kepada suami yang yaitu kepala keluarga, dia adalah "...kepala isteri sama ibarat Kristus yaitu kepala jemaat." (Efesus 5:23). Begitu juga suami tidak mau menundukkan diri kepada Kristus. Sikap mau menang sendiri akan hilang dengan sendirinya apabila tiap-tiap anggota keluarga (anak, isteri, suami) mempunyai penundukan diri.
(Bersambung)