Sikap Yang Benar Dalam Berdoa (2)

Disadur dari , edisi 10 September 2016 

Baca:  Matius 6:5-8

"Lagipula dalam doamu itu janganlah kau bertele-tele ibarat kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa lantaran banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan."  Matius 6:7

Alkitab menyatakan bahwa semua orang yang mendapatkan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, percaya dalam nama-Nya, kepada mereka diberi kuasa untuk menjadi belum dewasa Allah  (baca  Yohanes 1:12).  Itulah sebabnya setiap orang yang mengikut Tuhan disebut belum dewasa Tuhan!  Sudahkah kita mengetahui kebenaran ini?  Jika sudah, masihkah kita tiba kepada Tuhan ibarat orang gila atau ibarat seorang budak yang diliputi ketakutan?  Mengapa kita merasa begitu jauh terpisah dari Tuhan dan takut mengungkapkan isi hati melalui doa?

     Doa yakni sebuah hubungan.  Bagaimana perilaku kita akan menawarkan seberapa jauh arti kekerabatan itu bagi kita.  "Dan lantaran kau yakni anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: 'ya Abba, ya Bapa!' Makara kau bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kau anak, maka kau juga yakni ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:6-7).  Dengan derma Roh Kudus kita sanggup tiba kepada Tuhan melalui doa dengan kekerabatan yang sangat karib ibarat anak dengan bapanya.  Kita tidak perlu berdoa kepada Tuhan dengan perkataan yang bertele-tele, yang diterjemahkan dari kata Yunani battologeo:  berbicara ngalor-ngidul;  berceloteh ibarat burung beo atau sering mengulang-ulang kata yang tanpa makna;  atau juga diartikan:  omong kosong atau sekedar ucapan basa-basi.  Biasanya doa model demikian bukan berasal dari lubuk hati, melainkan sebatas ucapan di lisan saja.  Doa yang berele-tele sanggup diartikan pula berdoa dengan menggunakan istilah-istilah yang kelihatannya rohani, padahal hati dan pikiran sama sekali tidak terpusat kepada Tuhan, melainkan melayang-layang entah ke mana.  Doa yang Tuhan kehendaki yakni yang jujur, terus-terang, singkat dan sederhana, apa yang ada di dalam hati, tanpa ada kepura-puraan atau dibuat-buat.

     2.  Sederhana ibarat anak.  Berdoalah dengan bahasa sederhana ibarat anak yang sedang berbicara dengan bapanya!  Percayalah bahwa Roh Kudus akan memberikan doa kita dengan tepat ke hadapan Tuhan, alasannya Tuhan mengerti apa maksud kita.

Tuhan mau kita bersikap sederhana ibarat anak yang karib dengan bapanya!