Kerendahan Hati Dan Kelemahlembutan
Disadur dari , edisi 5 Juli 2016
Baca: Amsal 15:1-10
"Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah." Amsal 15:1
Dunia ketika ini ialah dunia yang penuh persaingan. Ada yang bersaing secara sehat, tapi tidak sedikit yang bersaing secara tidak sehat dengan saling menjatuhkan satu sama lain. Keadaan ini membentuk sifat keras hati dalam diri orang: gampang tersulut emosi dan tidak gampang percaya terhadap orang lain. Orang berpikir kalau bersikap lunak terhadap orang mereka akan gampang sekali dimanfaatkan dan dipermainkan. Akhirnya duduk kasus apa pun selalu diwarnai dengan ketegangan, lantaran perkataan yang keluar bukanlah perkataan lemah lembut, melainkan perkataan pedas yang membangkitkan amarah (ayat nas).
Lawan dari sifat keras hati ialah lemah lembut. Lemah lembut ialah sifat Kristus yang mengajari orang percaya semoga mengenal diri sebagaimana adanya dan memandang Tuhan sebagaimana Ia ada. Mengenal diri ialah menyadari bahwa sebetulnya di hadapan Tuhan kita ini lemah dan penuh keterbatasan, sehingga dengan demikian kita akan menjadi orang yang rendah hati, lantaran sadar bahwa kita bukanlah siapa-siapa. Dari dasar kerendahan hati inilah akan tumbuh sifat lemah lembut. Kalau di hadapan Tuhan orang bisa merendahkan diri, maka di hadapan sesama dia niscaya tidak akan pernah menganggap diri lebih dari orang lain atau menyombongkan diri. "Sebab barangsiapa meninggikan diri, dia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, dia akan ditinggikan." (Lukas 18:14b); dia akan bersikap hormat, lemah lembut dan cantik akal terhadap semua orang.
Musa ialah pola orang yang punya kelemahlembutan dan juga kerendahan hati. Tanpa mempunyai sifat ini tidak mungkin dia sanggup memimpin bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun, sebab "...mereka ialah suatu bangsa yang tegar tengkuk." (Keluaran 32:9), yang suka mengomel dan bersungut-sungut. Ketika umat Israel menciptakan patung lembu dari emas untuk disembah, Musa tiba kepada Tuhan dan memohon belas kasih-Nya semoga mau mengampuni perbuatan keji bangsa itu. Begitu besar kasihnya kepada umat Israel sampai-sampai Musa rela namanya dihapus dari buku kehidupan, asal saja Tuhan mau mengampuni dosa mereka (baca Keluaran 32:32).
"Hendaklah kau selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar." Efesus 4:2a
Baca: Amsal 15:1-10
"Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah." Amsal 15:1
Dunia ketika ini ialah dunia yang penuh persaingan. Ada yang bersaing secara sehat, tapi tidak sedikit yang bersaing secara tidak sehat dengan saling menjatuhkan satu sama lain. Keadaan ini membentuk sifat keras hati dalam diri orang: gampang tersulut emosi dan tidak gampang percaya terhadap orang lain. Orang berpikir kalau bersikap lunak terhadap orang mereka akan gampang sekali dimanfaatkan dan dipermainkan. Akhirnya duduk kasus apa pun selalu diwarnai dengan ketegangan, lantaran perkataan yang keluar bukanlah perkataan lemah lembut, melainkan perkataan pedas yang membangkitkan amarah (ayat nas).
Lawan dari sifat keras hati ialah lemah lembut. Lemah lembut ialah sifat Kristus yang mengajari orang percaya semoga mengenal diri sebagaimana adanya dan memandang Tuhan sebagaimana Ia ada. Mengenal diri ialah menyadari bahwa sebetulnya di hadapan Tuhan kita ini lemah dan penuh keterbatasan, sehingga dengan demikian kita akan menjadi orang yang rendah hati, lantaran sadar bahwa kita bukanlah siapa-siapa. Dari dasar kerendahan hati inilah akan tumbuh sifat lemah lembut. Kalau di hadapan Tuhan orang bisa merendahkan diri, maka di hadapan sesama dia niscaya tidak akan pernah menganggap diri lebih dari orang lain atau menyombongkan diri. "Sebab barangsiapa meninggikan diri, dia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, dia akan ditinggikan." (Lukas 18:14b); dia akan bersikap hormat, lemah lembut dan cantik akal terhadap semua orang.
Musa ialah pola orang yang punya kelemahlembutan dan juga kerendahan hati. Tanpa mempunyai sifat ini tidak mungkin dia sanggup memimpin bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun, sebab "...mereka ialah suatu bangsa yang tegar tengkuk." (Keluaran 32:9), yang suka mengomel dan bersungut-sungut. Ketika umat Israel menciptakan patung lembu dari emas untuk disembah, Musa tiba kepada Tuhan dan memohon belas kasih-Nya semoga mau mengampuni perbuatan keji bangsa itu. Begitu besar kasihnya kepada umat Israel sampai-sampai Musa rela namanya dihapus dari buku kehidupan, asal saja Tuhan mau mengampuni dosa mereka (baca Keluaran 32:32).
"Hendaklah kau selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar." Efesus 4:2a