Hidup Kristiani: Sebuah Pertanggungan Jawab (1)

Disadur dari , edisi 6 Maret 2018

Baca:  2 Korintus 5:1-11

"Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, agar setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat."  2 Korintus 5:10

Banyak orang Katolik beranggapan bahwa hidup kristiani yaitu kehidupan yang mudah, alasannya melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, yang olehnya kita diselamatkan, kita terhindarkan dari sebuah tanggung jawab.  Kita tak perlu repot ini itu, sekali selamat tetap selamat.  Benarkah?  Tidak.  Justru anugerah keselamatan yang Kristus berikan dengan cuma-cuma ini menempatkan setiap orang percaya pada sebuah tanggung jawab yang besar.  Rasul Paulus menasihati,  "...tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,... Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kau tiada beraib dan tiada bernoda,"  (Roma 14:12).

     Jika menyadari bahwa hidup ini yaitu sebuah pertanggungan jawab, masihkah kita menjalani hidup kekristenan dengan sembrono dan seenaknya sendiri?  "...saudara-saudara, kita yaitu orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, agar hidup berdasarkan daging. Sebab, kalau kau hidup berdasarkan daging, kau akan mati; tetapi kalau oleh Roh kau mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kau akan hidup."  (Roma 8:12-13).  Kita yaitu orang-orang yang berhutang secara Roh, lantaran itu kita harus hidup berdasarkan Roh, artinya bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus sesuai dengan kehendak Tuhan.  Firman Tuhan menegaskan:  "...siapa yang ada di dalam Kristus, dia yaitu ciptaan baru: yang usang sudah berlalu, sebetulnya yang gres sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Sebagai ciptaan gres kita harus mengalami kematian  'manusia lama'  dan hidup mengenakan  'manusia baru'.  Mati dari insan usang berarti kita bersikap tegas dan tidak lagi kompromi dengan dunia ini.  Cara berpikir, contoh hidup dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan harus benar-benar ditinggalkan, menyerupai umat Israel yang diperintahkan Tuhan untuk menumpas bangsa-bangsa di Kanaan, alasannya bangsa-bangsa itu yaitu penyembah berhala, kalau tidak ditumpas, mereka dapat menjadi jerat.

Enggan melepaskan diri dari ikatan-ikatan dunia yaitu tanda bahwa orang percaya masih belum  'mati'  dari insan lama.