Kekayaan Materi: Tak Dapat Menolong

Disadur dari , edisi 8 Maret 2018

Baca:  Lukas 6:20-26

"Tetapi celakalah kamu, hai kau yang kaya, alasannya ialah dalam kekayaanmu kau telah memperoleh penghiburanmu."  Lukas 6:24

Masih teringat di benak kita tahun 1998 krisis ekonomi melanda hampir seluruh tempat Asia, termasuk negara-negara di Asia Tenggara.  Krisis 1998 merembet dari ekonomi menjadi multikrisis, yaitu krisis di segala bidang kehidupan.  Dampak dari krisis ini perekonomian bangsa Indonesia porak-poranda.  Situasi bangsa kita benar-benar sulit:  banyak perusahaan dan tubuh perjuangan yang gulung tikar alias bangkrut.  Orang yang kaya ada yang mendadak jatuh miskin.  Harga saham anjlok dengan sangat parahnya dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang aneh naik.  Pelajaran berharga yang kita dapatkan dari insiden ini:  kondisi keuangan sangat rentan terhadap perubahan, tidak ada yang tetap, sewaktu-waktu sanggup berubah.  Begitu pula harta kekayaan, sewaktu-waktu sanggup lenyap.

     Injil memperingatkan biar kita tidak menggantungkan keinginan kepada uang atau kekayaan.  Uang dan kekayaan ialah sesuatu yang tidak niscaya dan tidak bertahan lama.  Krisis, bencana, pencurian, perampokan, kebakaran dan sebagainya sanggup dengan gampang melenyapkan uang dan kekayaan secara tidak terduga, dan sekejap.  "Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah beliau (kekayaan - Red.), alasannya ialah tiba-tiba beliau bersayap, kemudian terbang ke angkasa ibarat rajawali."  (Amsal 23:5).  Namun kini ini banyak orang mengorbankan perkara-perkara rohani yang bernilai kekal demi mengejar harta kekayaan yang sifatnya hanya sementara ini.  Padahal,  "...walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  (Lukas 12:15).  Mengandalkan harta kekayaan ialah sebuah kebodohan yang membinasakan, alasannya ialah semuanya itu tak sanggup menyelamatkan jiwa seseorang.

     Nabi Yeremia menasihati kita untuk hidup mengandalkan Tuhan!  Karena orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan hidupnya niscaya diberkati.  "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!"  (Yeremia 17:7);  dan berkat Tuhan itu tak mengenal animo dan situasi.

Orang yang senantiasa mengandalkan Mesir  (dunia - Red.), kuda dan kereta  (harta/kekayaan - Red.), niscaya akan tergelincir, jatuh, habis dan binasa  (Yesaya 31:1, 3).