Tak Mau Jadi Pelayan (1)
Disadur dari , edisi 18 Maret 2018
Baca: Ulangan 28:1-14
"TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," Ulangan 28:13
Rancangan Tuhan atas hidup orang percaya yaitu hidup yang berhasil, menjadi kepala, bukan ekor. Banyak orang Katolik seringkali menimbulkan ayat ini sebagai senjata untuk mengklaim kesepakatan Tuhan atau protes kepada Tuhan: "Katanya Tuhan akan mengangkat saya jadi kepala. Mana buktinya? Kerjaku tetap jadi bawahan?" Perhatikan secara teliti ayat tersebut! Dikatakan bahwa Tuhan akan mengangkat, artinya tidak secara eksklusif atau secara otomatis menjadi kepala. Ini berbicara ihwal suatu proses yang berkesinambungan. Ada kepingan yang harus kita kerjakan dan ada kepingan yang Tuhan akan kerjakan. Bagian kita yaitu taat melaksanakan kehendak Tuhan dan setia mengerjakan masalah apa pun yang ketika ini sedang Tuhan percayakan kepada kita.
Ketika sedang melamar sebuah pekerjaan umumnya seorang pelamar mengingini suatu jabatan yang tinggi atau setidaknya sesuai dengan ijazah yang dimiliki. Jarang sekali orang mau memulai karirnya dari bawah. Semua orang berkeinginan untuk menjadi pemimpin, memegang jabatan tinggi, maunya memerintah, atau berada di posisi atas. Semua orang mengingini hal-hal yang besar dan menganggap remeh hal-hal kecil atau sederhana. Itulah sebabnya profesi 'pelayan' sangat kurang diminati, dianggap rendahan dan berusaha untuk dihindari. Mereka tak ada semangat dan kurang berangasan kalau harus mengerjakan tugas-tugas yang di pemandangan insan kurang ada artinya. Mereka merasa gengsi dan takut pamornya akan anjlok!
Rasa gengsi sekarang juga menghinggapi diri para pelayan Tuhan atau rohaniwan. Tidak sedikit dari mereka yang merasa enggan kalau dirinya disebut sebagai pelayan bagi jemaat/umat. Karena berstatus sebagai hamba Tuhan besar atau punya jabatan penting di gereja, mereka inginnya dihormati, dihargai dan dilayani, padahal kata hamba itu berasal dari kata servant/slave atau doulos (Yunani) atau ebed (Ibrani) yang berarti seorang yang sedang dalam status sebagai pelayan atau budak. Maka kiprah hamba atau pelayan yaitu mengerjakan pekerjaan berdasarkan apa yang menjadi kehendak tuannya.
Milikilah 'hati seorang hamba' ketika mengerjakan segala hal yang dipercayakan!
Baca: Ulangan 28:1-14
"TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," Ulangan 28:13
Rancangan Tuhan atas hidup orang percaya yaitu hidup yang berhasil, menjadi kepala, bukan ekor. Banyak orang Katolik seringkali menimbulkan ayat ini sebagai senjata untuk mengklaim kesepakatan Tuhan atau protes kepada Tuhan: "Katanya Tuhan akan mengangkat saya jadi kepala. Mana buktinya? Kerjaku tetap jadi bawahan?" Perhatikan secara teliti ayat tersebut! Dikatakan bahwa Tuhan akan mengangkat, artinya tidak secara eksklusif atau secara otomatis menjadi kepala. Ini berbicara ihwal suatu proses yang berkesinambungan. Ada kepingan yang harus kita kerjakan dan ada kepingan yang Tuhan akan kerjakan. Bagian kita yaitu taat melaksanakan kehendak Tuhan dan setia mengerjakan masalah apa pun yang ketika ini sedang Tuhan percayakan kepada kita.
Ketika sedang melamar sebuah pekerjaan umumnya seorang pelamar mengingini suatu jabatan yang tinggi atau setidaknya sesuai dengan ijazah yang dimiliki. Jarang sekali orang mau memulai karirnya dari bawah. Semua orang berkeinginan untuk menjadi pemimpin, memegang jabatan tinggi, maunya memerintah, atau berada di posisi atas. Semua orang mengingini hal-hal yang besar dan menganggap remeh hal-hal kecil atau sederhana. Itulah sebabnya profesi 'pelayan' sangat kurang diminati, dianggap rendahan dan berusaha untuk dihindari. Mereka tak ada semangat dan kurang berangasan kalau harus mengerjakan tugas-tugas yang di pemandangan insan kurang ada artinya. Mereka merasa gengsi dan takut pamornya akan anjlok!
Rasa gengsi sekarang juga menghinggapi diri para pelayan Tuhan atau rohaniwan. Tidak sedikit dari mereka yang merasa enggan kalau dirinya disebut sebagai pelayan bagi jemaat/umat. Karena berstatus sebagai hamba Tuhan besar atau punya jabatan penting di gereja, mereka inginnya dihormati, dihargai dan dilayani, padahal kata hamba itu berasal dari kata servant/slave atau doulos (Yunani) atau ebed (Ibrani) yang berarti seorang yang sedang dalam status sebagai pelayan atau budak. Maka kiprah hamba atau pelayan yaitu mengerjakan pekerjaan berdasarkan apa yang menjadi kehendak tuannya.
Milikilah 'hati seorang hamba' ketika mengerjakan segala hal yang dipercayakan!